Kamis, 28 Februari 2013

Beranda » » Ribuan Artefak Purbakala di Bantaran Ciliwung

Ribuan Artefak Purbakala di Bantaran Ciliwung


Warga mencuci pakaian di Sungai Ciliwung di Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (19/12).
/AGUS SUSANTO
Ribuan artefak purbakala berupa kapak batu, tembikar, dan pelbagai perkakas zaman prasejarah berada di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung yang mengalir di Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Arkeolog Hasan Djafar dalam diskusi terbatas di Redaksi Kompas, Rabu (14/1), menjelaskan, lokasi penemuan artefak itu kini telah dirambah pelbagai jenis bangunan modern dan perumahan rakyat.
”Padahal, artefak tersebut membuktikan jejak panjang peradaban manusia di Pulau Jawa sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Manusia modern di sekitar Ciliwung merupakan keturunan ras Mongoloid dan Austro Melanesoid yang meninggalkan pelbagai perkakas itu. Dalam catatan Sunda klasik perjalanan Bujangga Manik disebutkan perjalanan dari Kalapa (pelabuhan Sunda Kelapa) ke ibu kota Kerajaan Pakuan Pajajaran melalui Cihaliwung (Ciliwung) yang membuktikan ada peradaban di sepanjang sungai. Bahkan, pada masa Tarumanegara, peradaban prasejarah juga masih berlanjut berdasar temuan arkeolog,” kata Hasan.

Sepanjang aliran Ciliwung merupakan pusat peradaban sekaligus kegiatan perekonomian. Bahan kapak batu zaman prasejarah didatangkan dari daerah hulu di sekitar wilayah Bogor lalu diolah di daerah hilir. Sedangkan dari daerah hilir didatangkan gerabah untuk warga yang hidup di daerah hulu.
Sebagian dari ribuan artefak kapak batu, beliung, perkakas logam, dan fragmen gerabah disimpan di Museum Nasional (Gedung Gajah), Jakarta.
”Sayang sebagian besar lokasi sudah tertutup bangunan baru. Pada tahun 1970-an di daerah Condet dengan mudah ditemukan tembikar prasejarah di kedalaman sekitar 50 sentimeter di pekarangan rumah warga atau di kebun Salak,” kata Hasan mengenang.
Lokasi yang sekarang menjadi perumahan atau mal di Pejaten serta Kalibata, Jakarta Selatan, merupakan salah satu tempat penemuan artefak prasejarah itu.
Emas dan prasasti
Peninggalan yang ditemukan juga mencakup topeng emas, patung perunggu, dan pelbagai prasasti batu. Hasan menambahkan, temuan langka itu didapat di sekitar Pasir Angin di dekat Gadog, Bogor, dan Tanjung Barat, dekat Depok.
”Bahkan, ada temuan gerabah dari India yang diperkirakan berasal dari abad ke-2 Masehi hingga ke-3 Masehi, yang membuktikan adanya hubungan antara Jawa dan India,” ujar Hasan.
Upaya merekonstruksi kehidupan Sunda masa silam pernah dilakukan ilmuwan Belanda tahun 1911 di Bogor.