Sabtu, 23 Februari 2013

Beranda » , » Mau Pegang Dada Artis Jepang, Penonton Wajib Bayar Rp 104 Ribu

Mau Pegang Dada Artis Jepang, Penonton Wajib Bayar Rp 104 Ribu

Dada Artis Jepang
Televisi porno digabung akses lewat internet juga, menghasilkan pendapatan sekitar 1,5 miliar yen setahun. Luar biasa penghasilan yang sangat besar. Bukan sekadar televisi porno, tetapi diupayakan komunikasi dua arah dengan penontonnya. Bahkan berusaha mengumpulkan dana kemanusiaan untuk para korban AIDS selama sepuluh tahun terakhir ini. Itulah Paradise TV di Shinjuku Tokyo.

"Kita berusaha membantu kampanye anti AIDS selama 10 tahun terakhir ini, tetapi tampaknya jumlah korban AIDS masih terus saja bertambah. Tema Stps AIDS kita buat untuk program di Paradise TV, segala macam yang menarik kita buat, termasuk pengumnpulan dana yang mencapai sekitar dua juta yen untuk kampanye anti-AIDS," papar Presiden Paradise TV, Tsuyoshi Shiba kepada pers di Jepang.
Data kementerian kesehatan Jepang memperlihatkan kasus AIDS tahun 2011 mencapai 473 kasus, rekor tertinggi. Yang terkena AIDS tercatat 1.056 orang, turun dibandingkan tahun 2010, tetapi tetap empat terbesar sejak tahun 1984 saat pertama kali pemerintah Jepang mengumpulkan data korban AIDS.
Menurut banyak komentar para ahli di Jepang, cara penggunaan kondom yang masih tidak benar, tidak akurat, asal pakai, dan kualitas kondom rendah, membuat penularan AIDS semakin banyak. Jumlah dana sekitar 2 juta yen terkumpul itu diberikan kepada Japan Foundation untuk program AIDS Prevention.
Paradise TV tetap "berperang" melawan AIDS dan tetap akan mebantu pemerintah Jepang untuk mengumpullkan dana bagi program anti AIDS di masa depan, papar Shiba lebih lanjut. Daya tarik TV ini mengumpulkan dana, bahkan 24 jam dilakukan untuk program Anti AIDS di Paradise TV, 25 dan 26 Agustus tahun lalu, terkait kemanusiaan, cukup menarik dilakukan, misalnya melelang celana dalam artis terkenal Jepang.
Ada pula artis yang telanjang lalu merintih, seolah diremas bagian dadanya, karena penyiaran menggunakan program 3D (tiga dimensi) sehingga seolah penonton menyentuh buah dada dan seolah bisa meremasnya.
Untuk bisa merasakan program itu, penonton diminta sumbang sedikitnya 1.000 yen per orang atau sekitar Rp 104 ribu (kurs Rp 104 per yen). Tambah besar tentu tambah baik karena program kemanusiaan. Setelah menyumbangkan dana tersebut barulah akses menonton dibuka. Pembayaran tinggal klik-klik pakai kartu kredit (Visa, Master, dan menggunakan metode pembayaran lain).
Jumlah pelanggan TV ini sedikitnya 40.000 orang saat ini dan per bulan iuran 2.500 yen (Rp 260 ribu), masih lagi plus bayar untuk acara tertentu dan jam tertentu. Jadi per bulan mungkin seorang penonton yang mau puas bisa menonton segalanya, mungkin bisa menghabiskan sekitar 10.000 yen (Rp 1,04 juta). Berarti hanya nonton saja sedikitnya 400 juta yen per bulan. Ditambah lagi penjualan berbagai produk seks, tidak heran kalau income per bulan sekitar satu miliar yen.
Apabila menonton di layar TV, televisi ini disiarkan lewat jaringan Sky Perfect saluran (channel) 913.
Aksesnya juga dapat dilakukan lewat internet sehingga kini target Paradise TV adalah dunia bukan hanya Jepang saja. Menurut sumber di Paradise TV, Fukuyama, "Kini memang dengan akses internet, yang penting punya kemampuan melihat TV di komputer masing-masing, high speed internet, bisa menonton Paradise TV setelah bayar pakai kartu kredit. Hal ini meningkatkan jumlah penghasilan bagi Paradise TV," paparnya.
Tampaknya televisi porno atau terkait seks tak perlu mengerti bahasa. Semua orang tinggal menonton dan mengerti apa yang dipertontonkan dalam bentuk telanjang dan seksi. Paradise TV beroperasi mulai tahun 1998 dan semakin hari semakin banyak penontonnya.
Keluguan adalah ciri khusus televisi ini. Misalnya acara ramalan cuaca, penyiarnya membacakan dengan santai sebelum mandi, pakai handuk, lalu di dalam bath tube sambil telanjang membacakan ramalan cuaca esok hari. Hal-hal yang menarik dan spontan itu ditambah bumbu seks memang sangat menarik.
Menjadi persoalan adalah sensor. UU Jepang melarang mempertontoinkan bulu rambut organ intim wanita atau alat kelamin laki-laki. maka pada saat televisi menyiarkan langsung acara (live), ahli penyensoran juga harus siap dengan softwarenya. Sensor dengan bentuk seperti mozaik buram tak kelihatan bagian-bagian sensitif tersebut. Namun payudara wanita bebas terbuka terlihat umum, tidak masalah di Jepang.
Apabila tidak disensor dengan cara demikian, maka TV akan terkena tindak pidana di Jepang, pasal 175 kitab hukum pidana. Itulah yang tersulit, tambah Fukuyama lagi, syukurlah semua dapat diatasi dengan profesionalisme Paradise TV hingga kini.