ADA berbagai cara untuk mengetahui watak, kepribadian, ataupun peruntungan seseorang. Yang sudah dikenal luas adalah palmistri (ramalan melalui telapak tangan), fisiognomi (ramalan melalui bentuk wajah dan tubuh), numerologi (ramalan melalui data kelahiran), dan Bazi (ramalan melalui data kelahiran yang dikaitkan dengan lima unsur dalam astrologi Tiongkok).
Sesungguhnya, banyak kebudayaan dunia mewariskan berbagai jenis ramalan. Di samping yang “biasa-biasa saja”, masyarakat kuno juga mengenal ramalan yang terkesan “unik dan lucu”. Salah satunya adalah ramalan melalui pusat atau pusar. Ramalan ini dikenal sebagai Omphalomancy atau Omphilomancy. Menurut ramalan ini, ukuran dan bentuk pusar menunjukkan kepribadian dan peruntungan seseorang.
Pusar juga merupakan sarana yang bisa diterawang oleh berbagai adat masyarakat. Konon, simpulan di tali pusat bayi yang baru lahir bisa menunjukkan berapa adik yang bakalan dia miliki. Banyak orang yakin omphalomancy memiliki prediksi tepat untuk melihat hoki seseorang.
Ramalan melalui pusat dikenal luas di kalangan masyarakat Tiongkok dan India purba. Di mata pakar fisiognomi, menganalisis pusar dipandang sama ampuhnya dengan menganalisis garis tangan dan metode peramalan lainnya. Bahkan mereka percaya karena pusar merupakan bagian yang tidak mudah dilihat dari luar, maka pusar mampu menginformasikan tentang “sesuatu” yang tidak diperoleh lewat palmistri, fisiognomi, frenologi, dsb.
Dulu, melihat pusar seorang wanita merupakan suatu keharusan yang dilakukan para tetua atau sesepuh. Gan Gie Sian, seorang pakar membaca tubuh di zaman kuno menuturkan bahwa pusar seorang wanita banyak mempunyai arti karena memberikan informasi tentang tabiat, sifat, dan peruntungan. Begitu juga bagi bangsa Suriah di Asia Barat. Warisan mereka ternyata masih lestari hingga kini (Pengatahoean Mengenal Nona-nona, Ho Kim Yoe, 1950).
Menurut kepercayaan Tiongkok, seorang wanita yang baik harus mempunyai pusar yang dalam dan lebar. Pusar dalam menandakan tubuhnya kuat dan pusar lebar menandakan pikirannya tajam. Para wanita yang mempunyai pusar demikian konon bisa tahan bekerja capek atau tahan sengsara.
Pusar yang bagus juga harus menghadap ke atas. Selain mengenal budi atau berbudi pekerti luas, dia berharapan besar dan berkemauan tinggi. Mungkin saja, dia akan menjadi nyonya besar dan mulia. Sebaliknya, kalau kecil dan hampir rata dengan perut, maka pikirannya singkat, tidak tahan kerja berat, otaknya kurang cemerlang, dan banyak mengalami rintangan.
Bentuk pusar yang kurang disukai adalah agak keluar karena wanita dengan pusar seperti itu jarang mendapatkan kedudukan baik. Begitu pula bila mencong, suka dengan percintaan dan sering melamun atau tumbuh rambut, yang berarti suka bergaul dengan pria sekaligus pandai merayu.
Bagi masyarakat Suriah, pusar agak rata dan hampir sama dengan perut mengindikasikan wanita yang gampang dengar kata atau gampang dikasih mengerti, pusar dalam menandakan ingatan yang tajam, dan pusar keluar berarti suka dengan percintaan tetapi bisa menjadi ibu yang baik.
Di India masalah pusar wanita banyak disinggung dalam kitab-kitab kuno zaman Hindu tertua. Dikatakan, bila menyebar, berdaging, dalam, dan lipatan bagian dalamnya berputar searah jarum jam, hal ini merupakan pertanda baik atau menguntungkan. Wanita demikian akan hidup bahagia dan sejahtera. Sebaliknya, kalau lipatan dari kulit bagian dalam pusar berlawanan dengan arah jarum jam atau kalau pusar tidak dalam ditambah mata pusar kelihatan, maka itulah tanda ketidakberuntungan.
Seperti kepercayaan Tiongkok, pada masyarakat India kuno pusar yang dalam pertanda baik, yakni akan dicintai oleh suami. Sementara bila seperti teratai, akan menikmati semua kesenangan hidup.
Lain halnya menurut fisiognomi Barat. Konon bila pusar besar dan bulat pertanda murah hati dan kaya, bila dalam dan tebal akan mendapatkan kedudukan yang bagus, bila kecil dan tidak datar pertanda miskin dan moral kurang bagus, serta bila menaik di sisi kanan akan mendapatkan kedudukan dan kehidupan yang menyenangkan.
Dulu, “pilih wanita, lihat pusarnya”, bukanlah sesuatu yang tabu. Namun pada zaman sekarang pusar dianggap bukanlah faktor penting. Tentu saja, Anda boleh percaya dan boleh tidak.
Sesungguhnya, banyak kebudayaan dunia mewariskan berbagai jenis ramalan. Di samping yang “biasa-biasa saja”, masyarakat kuno juga mengenal ramalan yang terkesan “unik dan lucu”. Salah satunya adalah ramalan melalui pusat atau pusar. Ramalan ini dikenal sebagai Omphalomancy atau Omphilomancy. Menurut ramalan ini, ukuran dan bentuk pusar menunjukkan kepribadian dan peruntungan seseorang.
Pusar juga merupakan sarana yang bisa diterawang oleh berbagai adat masyarakat. Konon, simpulan di tali pusat bayi yang baru lahir bisa menunjukkan berapa adik yang bakalan dia miliki. Banyak orang yakin omphalomancy memiliki prediksi tepat untuk melihat hoki seseorang.
Ramalan melalui pusat dikenal luas di kalangan masyarakat Tiongkok dan India purba. Di mata pakar fisiognomi, menganalisis pusar dipandang sama ampuhnya dengan menganalisis garis tangan dan metode peramalan lainnya. Bahkan mereka percaya karena pusar merupakan bagian yang tidak mudah dilihat dari luar, maka pusar mampu menginformasikan tentang “sesuatu” yang tidak diperoleh lewat palmistri, fisiognomi, frenologi, dsb.
Dulu, melihat pusar seorang wanita merupakan suatu keharusan yang dilakukan para tetua atau sesepuh. Gan Gie Sian, seorang pakar membaca tubuh di zaman kuno menuturkan bahwa pusar seorang wanita banyak mempunyai arti karena memberikan informasi tentang tabiat, sifat, dan peruntungan. Begitu juga bagi bangsa Suriah di Asia Barat. Warisan mereka ternyata masih lestari hingga kini (Pengatahoean Mengenal Nona-nona, Ho Kim Yoe, 1950).
Menurut kepercayaan Tiongkok, seorang wanita yang baik harus mempunyai pusar yang dalam dan lebar. Pusar dalam menandakan tubuhnya kuat dan pusar lebar menandakan pikirannya tajam. Para wanita yang mempunyai pusar demikian konon bisa tahan bekerja capek atau tahan sengsara.
Pusar yang bagus juga harus menghadap ke atas. Selain mengenal budi atau berbudi pekerti luas, dia berharapan besar dan berkemauan tinggi. Mungkin saja, dia akan menjadi nyonya besar dan mulia. Sebaliknya, kalau kecil dan hampir rata dengan perut, maka pikirannya singkat, tidak tahan kerja berat, otaknya kurang cemerlang, dan banyak mengalami rintangan.
Bentuk pusar yang kurang disukai adalah agak keluar karena wanita dengan pusar seperti itu jarang mendapatkan kedudukan baik. Begitu pula bila mencong, suka dengan percintaan dan sering melamun atau tumbuh rambut, yang berarti suka bergaul dengan pria sekaligus pandai merayu.
Bagi masyarakat Suriah, pusar agak rata dan hampir sama dengan perut mengindikasikan wanita yang gampang dengar kata atau gampang dikasih mengerti, pusar dalam menandakan ingatan yang tajam, dan pusar keluar berarti suka dengan percintaan tetapi bisa menjadi ibu yang baik.
Di India masalah pusar wanita banyak disinggung dalam kitab-kitab kuno zaman Hindu tertua. Dikatakan, bila menyebar, berdaging, dalam, dan lipatan bagian dalamnya berputar searah jarum jam, hal ini merupakan pertanda baik atau menguntungkan. Wanita demikian akan hidup bahagia dan sejahtera. Sebaliknya, kalau lipatan dari kulit bagian dalam pusar berlawanan dengan arah jarum jam atau kalau pusar tidak dalam ditambah mata pusar kelihatan, maka itulah tanda ketidakberuntungan.
Seperti kepercayaan Tiongkok, pada masyarakat India kuno pusar yang dalam pertanda baik, yakni akan dicintai oleh suami. Sementara bila seperti teratai, akan menikmati semua kesenangan hidup.
Lain halnya menurut fisiognomi Barat. Konon bila pusar besar dan bulat pertanda murah hati dan kaya, bila dalam dan tebal akan mendapatkan kedudukan yang bagus, bila kecil dan tidak datar pertanda miskin dan moral kurang bagus, serta bila menaik di sisi kanan akan mendapatkan kedudukan dan kehidupan yang menyenangkan.
Dulu, “pilih wanita, lihat pusarnya”, bukanlah sesuatu yang tabu. Namun pada zaman sekarang pusar dianggap bukanlah faktor penting. Tentu saja, Anda boleh percaya dan boleh tidak.