Seattle, Bill & Melinda Gates Foundation mengadakan kompetisi untuk menciptakan toilet bagi orang-orang di seluruh dunia yang kesulitan mendapat air bersih. Syaratnya, toilet ini tidak menggunakan air, listrik, tanpa polusi, menggunakan sumber energi alternatif dan bisa beroperasi menggunakan biaya sebesar 5 sen atau Rp 500 per hari.
Hasilnya, banyak temuan-temuan inovatif yang masuk. Ada yang menggunakan energi gelombang mikro untuk mengubah kotoran manusia menjadi listrik. Ada juga yang menampung urine kemudian menggunakannya untuk pembilasan. Dan yang paling banyak adalah toilet yang mengubah kotoran menjadi arang.
Para ilmuwan dari seluruh dunia ikut serta untuk menjawab tantangan bos Microsoft ini. Gates Foundation akan mengumumkan beberapa pemenang kompetisi ini pada Selasa 21 Agustus 2012 agar dapat merealisasikan ide-ide inovatifnya. Selain itu, para pengusaha lokal juga dapat menggunakan teknologi baru dalam kompetisi ini untuk diproduksi.
"Kami tidak bisa lebih bahagia lagi melihat respons yang sudah kami terima," kata Bill Gates mengungkapkan kegembiraannya seperti dilansir New York Daily News, Kamis (16/8/2012).
Bill Gates mulai menyeriusi permasalahan toilet sejak hampir setahun lalu. Yayasan milik pendiri Microsoft ini telah menyiapkan dana hibah sebanyak US$ 370 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun untuk program yang disebut 'Reinventing Toilet'.
Gates Foundation berharap prototipe pertama sudah dapat diujicoba dalam waktu 3 tahun ke depan. Sebagian besar prototipe toilet dipamerkan minggu ini di halaman markas Gates Foundation di Seattle.
"Jika kita bisa melakukannya dengan benar, ada kemungkinan bahwa beberapa desain ini juga dapat menjadi solusi bagi negara-negara kaya dan menengah," kata Bill Gates.
PBB memperkirakan penyakit akibat sanitasi yang tidak aman banyak terjadi di negara berkembang. Sekitar 1,5 juta anak meninggal setiap tahun akibat penyakit diare. Sebagian besar kematian tersebut dapat dicegah dengan sanitasi yang tepat, air minum yang aman dan peningkatan kebersihan.
Proyek-proyek lain mengenai sanitasi memang sudah banyak berjalan. Salah satunya adalah proyek London School of Hygiene dan Tropical Medicine yang menggunakan larva lalat hitam di dalam kakus untuk memproses limbah dan menghasilkan pakan ternak kualitas tinggi yang ramah lingkungan dengan biaya satu sen atau 100 rupiah per hari.
Proyek larva lalat ini telah diuji di Cape Town, Afrika Selatan. Saat ini para penemunya sedang menawarkan teknologi ini kepada para pengusaha dari Haiti, Sudan, Kenya dan Ghana yang terarik mengadopsi teknologi tersebut.
"Akhirnya produk tersebut akan terlihat seperti peralatan dengan teknologi yang sangat rendah, tapi ada banyak ilmu di balik itu," kata Walter Gibson, ahli biokimia medis yang ikut mengembangkan toilet larva lalat.
Hasilnya, banyak temuan-temuan inovatif yang masuk. Ada yang menggunakan energi gelombang mikro untuk mengubah kotoran manusia menjadi listrik. Ada juga yang menampung urine kemudian menggunakannya untuk pembilasan. Dan yang paling banyak adalah toilet yang mengubah kotoran menjadi arang.
Para ilmuwan dari seluruh dunia ikut serta untuk menjawab tantangan bos Microsoft ini. Gates Foundation akan mengumumkan beberapa pemenang kompetisi ini pada Selasa 21 Agustus 2012 agar dapat merealisasikan ide-ide inovatifnya. Selain itu, para pengusaha lokal juga dapat menggunakan teknologi baru dalam kompetisi ini untuk diproduksi.
"Kami tidak bisa lebih bahagia lagi melihat respons yang sudah kami terima," kata Bill Gates mengungkapkan kegembiraannya seperti dilansir New York Daily News, Kamis (16/8/2012).
Bill Gates mulai menyeriusi permasalahan toilet sejak hampir setahun lalu. Yayasan milik pendiri Microsoft ini telah menyiapkan dana hibah sebanyak US$ 370 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun untuk program yang disebut 'Reinventing Toilet'.
Gates Foundation berharap prototipe pertama sudah dapat diujicoba dalam waktu 3 tahun ke depan. Sebagian besar prototipe toilet dipamerkan minggu ini di halaman markas Gates Foundation di Seattle.
"Jika kita bisa melakukannya dengan benar, ada kemungkinan bahwa beberapa desain ini juga dapat menjadi solusi bagi negara-negara kaya dan menengah," kata Bill Gates.
PBB memperkirakan penyakit akibat sanitasi yang tidak aman banyak terjadi di negara berkembang. Sekitar 1,5 juta anak meninggal setiap tahun akibat penyakit diare. Sebagian besar kematian tersebut dapat dicegah dengan sanitasi yang tepat, air minum yang aman dan peningkatan kebersihan.
Proyek-proyek lain mengenai sanitasi memang sudah banyak berjalan. Salah satunya adalah proyek London School of Hygiene dan Tropical Medicine yang menggunakan larva lalat hitam di dalam kakus untuk memproses limbah dan menghasilkan pakan ternak kualitas tinggi yang ramah lingkungan dengan biaya satu sen atau 100 rupiah per hari.
Proyek larva lalat ini telah diuji di Cape Town, Afrika Selatan. Saat ini para penemunya sedang menawarkan teknologi ini kepada para pengusaha dari Haiti, Sudan, Kenya dan Ghana yang terarik mengadopsi teknologi tersebut.
"Akhirnya produk tersebut akan terlihat seperti peralatan dengan teknologi yang sangat rendah, tapi ada banyak ilmu di balik itu," kata Walter Gibson, ahli biokimia medis yang ikut mengembangkan toilet larva lalat.