Jumat, 10 Agustus 2012

Beranda » » 5 Kuburan Asli Indonesia yang unik

5 Kuburan Asli Indonesia yang unik

Tidak ada batu nisan yang menandakan sebagian keberadaan kuburan ini. Hanya ada tulang belulang atau penanda lain yang menjadi ciri khasnya. Beragam mitos dan keganjilan membalut 5 kuburan asli dari Indonesia ini.

Sebagian besar kuburan asli Indonesia ini sudah ada sejak puluhan atau ratusan tahun silam. Di balik keberadaannya yang melegenda, mitos-mitos yang bisa membuat bulu kuduk Anda merinding, juga menjadi daya tarik untuk 5 kuburan ini.

Berbeda dengan kompleks pemakaman pada umumnya, bentuk 5 kuburan ini sangatlah aneh. Ada yang berada di dalam tebing batu, kotak yang digantung, berada dalam batang pohon, atau diletakkan begitu saja di dalam hutan. Oleh karena keanehan dan mitos di baliknya, banyak wisatawan yang tertarik melihat langsung bentuk 5 kuburan ini.

1. Batu Lemo dan Batu Karang Terjal Londa, Tana Toraja



Pemakaman di atas tebing sudah menjadi ciri khas Tana Toraja di Sulawesi Selatan. Sesuai dengan kepercayaan pada umumnya, manusia berasal dari tanah dan harus kembali ke tanah. Namun, penduduk Tana Toraja percaya letak makam yang tinggi akan semakin dekat dengan Tuhan.

Batu Lemo dan Batu Karang Terjal Londa, menjadi pemakaman khas Tana Toraja. Aura kematian dan ritual mistis terlihat di makam-makam ini. Saat kaki melangkah di dalam area pemakaman ini, Anda akan merasa seperti diikuti oleh puluhan mata misterius yang berdiri di atas tebing.

Pandangan misterius itu berasal dari Tao-tao. Tao-tao merupakan patung pahat berbentuk manusia utuh yang terlihat hidup di atas tebing tempat jenazah disemayamkan. Tao-tao dibuat sebagai simbol atau gambaran yang orang yang tertidur abadi di lubang-lubang pemakaman tebing ini.

Pada waktu tertentu, seperti bulan Juni, Juli, atau Desember Anda bisa menjadi saksi penyembelihan puluhan kerbau dan babi oleh para penjagal. Menurut kepercayaan, arwah kerbau menjadi sarana transportasi bagi arwah yang meninggal menuju tempat peristirahatan abadi, seperti yang detikTravel lansir dari situs resmi Pariwisata Indonesia.

Adanya pemakaman ini pun mengundang perhatian wisatawan mancanegara dan domestik. Layaknya tempat sakral pada umumnya, untuk memasuki kuburan khas Tana Toraja ini terdapat peraturan yang harus dipatuhi. Peziarah hanya boleh melakukan pembukaan pintu makam pada waktu sebelum dan sesudah panen. Kalau tidak, hal ini akan berakibat buruk di kemudian hari.

Jangan sampai kedatangan Anda untuk menyaksikan keunikan makam batu ini justru menimbulkan petaka dengan melanggar peraturan yang ada.

2. Kuburan Bayi Kambira, Tana Toraja



Masih berasal dari Tana Toraja, di Kampung Kambira, Sulawesi Selatan, terdapat pemakaman aneh lainnya. Kuburan Bayi Kambira, sesuai dengan namanya makam ini dikhususkan untuk bayi. Akan tetapi, tidak ada peti yang diletakkan dalam tebing batu atau terkubur di dalam tanah.

Jenazah bayi yang meninggal dan belum memiliki gigi dikuburkan dalam batang pohon Tarra. Suku Toraja menganggap bayi-bayi yang meninggal ini masih suci. Pohon Tarra pun dipilih karena tumbuhan ini memiliki banyak getah dan dianggap sebagai air susu dari sang ibu.

Batang pohon Tarra sebelumnya dilubangi sebagai tempat peletakkan bayi. Jenazah bayi yang ingin dikubur sebelumnya diberi balsem terlebih dahulu. Tanpa menggunakan pembungkus apapun, bayi tersebut disemayamkan di lubang yang sudah tersedia dan ditutup menggunakan ijuk pohon enau.

Suku Toraja menganggap ritual ini sama seperti mengembalikan bayi ke dalam rahim sang ibu. Penempatan jenazah bayi di pohon ini pun disesuaikan dengan strata sosial keluarganya. Semakin tinggi lubang maka semakin tinggi pula strata sosialnya.

Pohon Tarra yang besar semakin terlihat menyeramkan dengan keberadaannya di tengah hutan. Batangnya yang besar dan hitam menimbulkan kesan seram. Para keluarga yang menguburkan bayinya di pohon ini mengaganggap, setelah beberapa tahun jasad bayi mereka akan menyatu dengan pohon tersebut.

3. Makam Dayak Benuaq, Kalimantan Timur


Beralih ke Kalimantan Timur, Suku Dayak Benuaq atau Suku Dayak Bentian juga memiliki prosesi khusus untuk menguburkan manusia yang sudah meninggal. Banyak wisatawan yang penasaran dan ingin melihat langsung bentuk makam Dayak Benuaq.

Kuburan ala Dayak Benuaq tidak berada di dalam tanah dan tebing. Anehnya, kuburan tersebut berbentuk seperti kotak yang disangga menggunakan tiang atau digantung dengan tali.

Wisatawan bisa dengan mudah menemukan makam-makam ini di sepanjang jalan menuju perkampungan Suku Dayak Benuaq. Dengan kata lain, kedatangan Anda ke perkampungan Suku Dayak Benuaq langsung disambut oleh rumah abadi ala Dayak Benuaq.

Biasanya ada juga keluarga yang mempunyai lahan pribadi untuk meletakkan makam tersebut. Jangan salah, ini bukan kuburan permanen karena kotak-kotak berisi mayat ini akan kembai dibuka setelah beberapa tahun. Kemudian, tulang belulang yang ada di dalam kotak tersebut didoakan dan dipindahkan dalam kotak mati permanen.

Melansir situs Wikipedia, pada malam hari di Desa Dayak Benuaq akan terdengar nyanyian-nyanyian pemanggil arwah. Upacara pemanggilan arwah ini pun diisi dengan upacara Bentian yang diselingi dengan tarian dan mantra-mantra berbau mistis.

4. Pemakaman Trunyan, Bali


Bali memang terkenal dengan keragaman budayanya. Di Desa Trunyan, Kintamani, Bali, jasad seseorang yang sudah meninggal tidaklah diletakkan dalam peti atau layaknya pemakaman lainnya. Melainkan diletakkan begitu saja di bawah pohon yang mengeluarkan bau harum.

Penduduk Desa Trunyan merupakan keturunan Bali Aga. Dari namanya saja, kampung ini sudah mencerminkan kesan mistis. Bagaimana tidak, Trunyan di sini berasal dari kata Taru dan Menyan. Hal ini berasal dari pohon yang mengeluarkan harum seperti menyan.

Seperti dalam situs resmi Pariwisata Indonesia, Suku Bali Aga pun selalu meletakkan jasad orang yang sudah meninggal secara terbuka di bawah pohon tersebut. Jenazah-jenazah tersebut hanya dilindungi dengan kain putih. Bahkan pelancong bisa melihat dengan jelas wajah dari jasad tersebut.

Selain jenazah yang masih utuh, di lokasi ini juga banyak tulang belulang dan tengkorak yang tergeletak begitu saja. Walaupun diletakkan di alam terbuka, jenazah-jenazah tersebut tetap tidak mengeluarkan bau busuk.

Saat berada di makam Trunyan, pelancong harus berhati-hati karena tulang-tulang dan tengkorak berbaur dengan barang-barang lainnya yang berada di sepanjang jalan pemakaman terbuka ini. Walaupun terlihat tidak terawat, kondisi ini memang sengaja dibiarkan karena peraturan yang melarang membawa keluar barang-barang yang sudah ada di lokasi ini.

Bila menentang peraturan ini, sesuatu yang buruk akan menimpa kehidupan Anda!

5. Kompleks Makam-makam Raja Imogiri, Yogyakarta


Sekilas memang tidak ada yang aneh dari pemakaman ini. Bentuk kuburan yang digunakan sama seperti yang terdapat dalam taman pemakaman umumnya.

Pemakaman yang berada di Imogiri, Bantul, Yogyakarta ini termasuk kompleks pemakaman yang dianggap suci dan keramat. Hal ini karena pemakaman ini menjadi tempat peristirahatan terakhir raja-raja dan keluarga dari Kesultanan Mataram.

Aroma kembang dan dupa seraya menerobos masuk ke dalam hidung, saat Anda memasuki lokasi pemakaman ini. Atmosfer magis pun semakin terasa ketika melihat sesajen yang ada di sekitar area pekuburan.

Keberadaan kompleks pemakaman ini sengaja dipilih oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi keluarga sultan. Hampir setiap hari makam ini dipenuhi oleh peziarah. Para peziarah itu pun datang dengan berbagai tujuan yang berbeda, mulai dari berdoa meminta kelancaran usaha atau kehidupannya, melakukan ritual untuk mendapatkan 'ilmu', sampai sekadar ziarah tanpa mengharap apapun.

Tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam kompleks makam raja-raja Imogiri. Ada beberapa persyaratan khusus yang harus dipatuhi, dilarang menggunakan alas kaki, perhiasan emas, membawa kamera, dan harus berpakaian khas Jawa.