Bila mengamati masjid ini, terasa nuansa berbeda dibanding Rumah Allah lainnya. Berbeda karena hampir seluruh bahan bangunan masjid terbuat dari kayu. Meski sudah berusia lebih dari seabad, namun keaslian arsitektur Masjid Jami itu tetap terjaga.
Uniknya, meski hampir seluruh bahan bangunan Masjid Jami dibuat dari kayu, namun tidak ada satu pun paku yang mengaitnya.
Masjid Jami disanggah dengan 25 tiang kayu yang masih kokoh. Pada beberapa tiang terdapat ukiran bercorak melayu. Untuk mengaitkan kayu atap dengan tiang penyangga utama hanya digunakan pasak atau pengait yang terbuat dari kayu.
Tembok masjid juga dibuat dari kayu. Di beberapa dinding terlihat beberapa ukiran ornamen melayu. Begitu juga dengan lantai dan plafon yang terbuat dari kayu.
Bagian atap masjid berbentuk limas dengan tiga tingkat. Makin ke atas, bentuknya semakin kecil. Sementara di puncaknya terdapat kayu ukiran khas melayu.
Mesjid yang berdiri sejak 1901 itu berada di Jalan Usang, Kelurahan Air Tiris, Kecamatan/Kabupaten Kampar, Riau. Dari tahun berdirinya, masjid ini merupakan yang tertua di Kampar.
Menurut salah seorang pengurus, M Ali, pembangunan masjid diprakarsai oleh seorang tokoh masyarakat Air Tiris bernama Engku Mudo Sangkal.
Selain unik, masjid yang berdiri di tepi Sungai Kampar ini juga memiliki nilai sejarah.
Menurut Ali, pasukan kolonial Belanda pernah mencoba membakar masjid tersebut mengingat penyebaran Islam di Kampar maju pesat.
Namun upaya itu tidak berhasil. “Selain itu dulu juga ada banjir besar di sini. Walau semua rumah di sekitar terendam, namun Masjid Jami ini tidak tersentuh dengan air,” kata Ali.
Ali mengaku tidak mengetahui pasti mengapa masjid tersebut bisa lolos dari kobaran api dan air banjir. Menurutnya, hal itu masih menjadi misteri. Dia tidak ingin mengaitkan dengan hal-hal gaib.
Karena keunikan dan mempunyai nilai sejarah, bangunan Masjid Jami masih dijaga keasliannya dan menjadi salah satu obyek wisata unggulan di Kampar.