Kamis, 14 Februari 2013

Beranda » » Bahasa Kuno Direkonstruksi dengan Komputer

Bahasa Kuno Direkonstruksi dengan Komputer

Peneliti ingin mengembalikan bahasa-bahasa kuno yang telah punah. Ilustrasi: Naskah kuno Perjanjian Magna Carta
Ilustrasi: Naskah kuno Perjanjian Magna Carta (Wikimedia Commons / British Library's Online Gallery)
Bagaimana mengembalikan bahasa kuno yang telah lama punah? Tentu saja tidak mudah. Tapi, para peneliti tengah mengembangkan sebuah alat baru untuk merekonstruksi bahasa yang telah lama mati.

Caranya, menciptakan piranti lunak yang dapat membangun kembali proto language atau bahasa nenek moyang. Untuk menguji sistem ini, tim peneliti mengambil sampel 637 bahasa yang digunakan di Asia dan Pasifik saat ini, dan coba menciptakan kembali bahasa awal tersebut. Proses rekonstruksi ini sendiri berjalan lambat dan padat karya.

"Ini sangat memakan waktu bagi manusia untuk melihat semua data dari masa ke masa," kata Dan Klein, seorang profesor di University of California, Berkeley, dilansir BBC, Rabu 13 Febuari 2013.
Ada ribuan bahasa yang berkembang di dunia, masing-masing mempunyai puluhan ribu kata, dan itu belum untuk semua bahasa nenek moyang.

"Tentu akan menyita waktu untuk membaca dan meneliti semua bahasa. Tapi, di sini ada komputer," imbuh Dr Klein.

Situs bahasa kuno
Peneliti berkeyakinan bahasa-bahasa mengalami perubahan secara bertahap dari waktu ke waktu. Lebih dari ribuan tahun, varian kecil suara menghasilkan satu bahasa awal, yang lama-kelamaan berubah menjadi keturunan bahasa yang berbeda.

"Perubahan lafal hampir selalu teratur, dengan kata-kata serupa berubah dengan cara yang sama, sehingga pola yang tersisa dapat ditemukan manusia atau komputer," terang Dr Klein.

Caranya adalah dengan mengenali pola-pola perubahan bahasa, kemudian membalikkan pola bahasa mundur ke belakang, ke masa sebelumnya.

Para ilmuwan kemudian menunjukkan sistem yang mereka ciptakan dengan mengamati sekelompok bahasa Austronesia yang saat ini digunakan di Asia Tenggara.

Mendata 142 ribu kata, sistem bahasa ini diklaim mampu menciptakan kembali bahasa awal. Para ilmuwan percaya sistem ini telah dibicarakan sekitar 7.000 tahun yang lalu.

Peneliti kemudian membandingkan penemuan komputer dengan penemuan para ahli bahasa. Sistem menemukan bahwa 85 persen dari kata-kata awal yang disajikan berada dalam satu lafal atau suara, berhasil teridentifikasi.

Peranti lunak ini dapat mengolah data dalam jumlah besar dengan cepat, namun diakui masih memiliki kekurangan dalam hal akurasi.

"Misalnya, tidak dapat menangani perubahan morfologi atau reduplikasi, seperti kata 'cat' menjadi 'kittyo-cat" papar Dr Klein. "Pada tingkat yang jauh lebih dalam, sistem kami belum mampu menjelaskan mengapa atau bagaimana perubahan lafal terjadi," ujarnya.

Setelah para peneliti dapat merekonstruksi bahasa ribuan tahun yang lalu, muncul pertanyaan, apakah peneliti mampu menciptakan bahasa nenek moyang pertama ketika manusia berevolusi? (umi)