Jumat, 15 Maret 2013

Beranda » » Ketegaran Sang Bunga Surga Masyithah (1)

Ketegaran Sang Bunga Surga Masyithah (1)

Gurun pasir di Mesir


Mesir ribuan abad silam menjadi saksi sejarah kehidupan seorang wanita yang hatinya dipenuhi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Saat itu, Negeri Piramida dikuasai Firaun yang bengis. Ia memaksa seluruh rakyat Mesir menyembahnya.

Allah  SWT lalu mengutus Nabi Musa untuk menyelamatkan Bani Israil dari kekejaman sang raja. Namun Firaun teramat sangat kejam hingga mereka yang beriman begitu takut untuk memperlihatkan keimanan mereka kepada Allah Ta'ala. Salah satu yang menyembunyikan keimanan tersebut yakni seorang wanita bernama Masyithah beserta keluarganya.

Masyithah merupakan salah satu pelayan istana Firaun. Ia bertugas sebagai sebagai tukang sisir putri Firaun. Sejak bertahun-tahun silam, keluarga Masyithah telah setia melayani istana. Ketika agama Ibrahim disampaikan Musa di tanah Mesir, mereka mengimaninya. Namun tak ada yang tahu keimanan Masyithah, termasuk sang majikan.

Hingga suatu hari, tibalah saat Allah menguji keimanan Masyithah dan keluarganya. Saat itu Masyithah tengah menyisir rambut putri Firaun. Tiba-tiba sisir ditangannya jatuh, dan tanpa sadar asma Allah keluar dari lisan Masyithah.

“Allah!” seru Masyithah spontan. Mendengarnya, putri Firaun sontak kaget. Ia pun segera menginterogasi Mayithah, "Siapakah Allah itu?" Jika Allah itu Tuhan, maka berarti Masyithah siap dihukum mati karena telah menentang Firaun.

Masyithah tak juga menjawab pertanyaan sang putri. Keringat dingin menderas tubuhnya, ketakutan menderu hatinya. "Siapa Allah itu? Mengapa kau tak menjawab! Apakah kau punya Tuhan selain ayahku?!" seru sang putri.

Masyithah terus bungkam, namun sang putri terus mendesaknya. Hingga keberanian pun datang dari diri Masyithah. Ia tahu betul, inilah saatnya keimanan hendak diuji Allah. "Allah adalah Tuhanku, Tuhan ayahmu, dan Tuhan seluruh alam," jawab Mayithah tegas.

Mendengarnya, sang putri pun segera beranjak dari tempat duduknya menuju kediaman sang ayah. Ia segera melaporkan apa yang baru saja didengarnya dari lisan Masyithah kepada sang penguasa Mesir yang kejam.
Sementara Masyithah mengabarkan kepada keluarganya untuk bersiap diri mendapat hukuman Firaun. Bersiap diri untuk tegar diatas keimanan kepada Allah. (bersambung)
 Afriza Hanifa
Redaktur : Heri Ruslan