Orang tua zaman dulu sering memperingatkan anaknya agar tidak sering melamun sebab salah-salah bisa kesambit demit alias kesurupan. Sampai sekarang, wejangan yang sama masih sering disampaikan, entah maksudnya serius atau sekedar teguran agar tidak kebanyakan melamun.
Nyatanya, orang yang sedang melamun pun bisa kesurupan. Contohnya kasus anak-anak sekolah yang tiba-tiba mengalami kesurupan massal saat sedang upacara bendera atau saat pelajaran berlangsung. Lalu apakah pemicu kesurupan karena sering melamun masih bisa dibenarkan?
Menurut prof Dadang, kesurupan diakibatkan oleh tekanan mental dan stres. Jadi anggapan bahwa kesurupan dapat dipicu karena kebanyakan melamun belum tentu benar. Namun sering melamun dan membayangkan hal yang negatif bisa membuat seseorang terkucil dari pergaulan.
Walau tidak menyebabkan kesurupan, terlalu sering melamun dapat berujung pada stres dan depresi. Jika sudah begini, gangguannya bisa bertahan lebih lama ketimbang kesurupan. Depresi bisa membuat orang jadi kurang produktif. Jika sudah akut bahkan bisa mengarah pada kecenderungan bunuh diri.
"Orang yang depresi dapat melamun dan tidak banyak bicara. Manusia adalah makhluk sosial, maka manusia harus bersosialisasi. Intensitas komunikasi dengan keluarga dan teman-teman harus ditingkatkan," kata prof Dadang.
Lebih lanjut lagi, prof Dadang menjelaskan bahwa kecenderungan melamun dan kurang bersosialisasi rentan dialami anak-anak dan remaja yang suka bermain di dunia maya. Oleh karena itu, ia berpesan agar orang tua tidak membiarkan anak hanya bergaul di dunia maya saja. Anak perl bermain di luar untuk mengasah kemampuan sosialisasinya.
Nyatanya, orang yang sedang melamun pun bisa kesurupan. Contohnya kasus anak-anak sekolah yang tiba-tiba mengalami kesurupan massal saat sedang upacara bendera atau saat pelajaran berlangsung. Lalu apakah pemicu kesurupan karena sering melamun masih bisa dibenarkan?
"Melamun adalah produk dari kesurupan. Jika dibiarkan, kebiasaan melamun sendiri dan tidak banyak bicara suatu saat bisa meledak dan membuat pelakunya jadi kacau balau," kata psikiater kawakan, Prof Dr dr Dadang HawariSpKj .
Menurut prof Dadang, kesurupan diakibatkan oleh tekanan mental dan stres. Jadi anggapan bahwa kesurupan dapat dipicu karena kebanyakan melamun belum tentu benar. Namun sering melamun dan membayangkan hal yang negatif bisa membuat seseorang terkucil dari pergaulan.
Walau tidak menyebabkan kesurupan, terlalu sering melamun dapat berujung pada stres dan depresi. Jika sudah begini, gangguannya bisa bertahan lebih lama ketimbang kesurupan. Depresi bisa membuat orang jadi kurang produktif. Jika sudah akut bahkan bisa mengarah pada kecenderungan bunuh diri.
"Orang yang depresi dapat melamun dan tidak banyak bicara. Manusia adalah makhluk sosial, maka manusia harus bersosialisasi. Intensitas komunikasi dengan keluarga dan teman-teman harus ditingkatkan," kata prof Dadang.
Lebih lanjut lagi, prof Dadang menjelaskan bahwa kecenderungan melamun dan kurang bersosialisasi rentan dialami anak-anak dan remaja yang suka bermain di dunia maya. Oleh karena itu, ia berpesan agar orang tua tidak membiarkan anak hanya bergaul di dunia maya saja. Anak perl bermain di luar untuk mengasah kemampuan sosialisasinya.