Pada bulan rabi’ul awwal ini umat Islam di penjuru dunia tengah memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw, dengan berbagai bentuk dan caranya masing-masing. Sejarah agung beliau pun dilantunkan dengan indahnya. Demikian pula para pendakwah menceritakan perjalanan hidupnya dengan segala suka dan duka perjuangannya. Mayoritas kita diperkenalkan bahwa nabi junjungan kita adalah sebagai seorang yang hidup sederhana, bahkan beberapa riwayat menceritakan beliau dan keluarganya seringkali mengalami kekurangan, bahkan sampai berhari-hari pernah tidak ada makanan untuk dimasak. Beliau digambarkan sebagai seorang yang miskin, sangat mencintai kemiskinan dan menganjurkan umatnya untuk hidup miskin. Pertanyaannya, apakah benar nabi agung ini adalah orang yang miskin sepanjang hidupnya, atau memang sebaliknya: Orang kaya raya?
Akibat terlalu mendominasinya aliran sufisme yang mengutamakan kemiskinan pada mayoritas kaum muslimin terutama sejak abad pertengahan, maka kebanyakan tokoh-tokoh utama Islam digambarkan sebagai orang-orang miskin yang amat mencintai kemiskinan, terutama Nabi Muhammad saw. Pencitraan yang berlebihan ini telah mengasingkan kaum muslimin yang kaya atau yang akan berniat kaya. Karena kebanyakan orang kaya diidentikkan dengan para pecinta dunia, hamba dunia atau sejenisnya yang kehidupannya tercela di sisi agama. Teologi dan paradigma tentang kaya ini telah menghalangi generasi muda muslim untuk menjadi kaya raya, walaupun mereka memiliki potensi besar untuk menjadi kaya dengan pengetahuan dan semangat kerja yang dimilikinya.
Sebagai teladan
Kehidupan Nabi Muhammad saw adalah sebuah kehidupan percontohan bagi seluruh umat manusia. Sebuah model kehidupan ideal yang dikehendaki oleh Sang Pencipta manusia di muka Bumi kepada manusia ciptaannya sepanjang sejarah kemanusiaan, sebagaimana disebutkan al-Qur’an: “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah ( al-Ahzab : 21).”
Jika kita membaca beberapa riwayat, sejak kecil Nabi Muhammad telah memiliki faktor-faktor penting manusia sukses yang kelak mengantarkannya menjadi orang kaya. Muhammad saw tumbuh berkembang sebagai bayi yang sehat, dengan makanan yang berlimpah ruah, minuman yang lezat dari susu kambing ataupun unta yang bergizi tinggi akibat kemakmuran yang didatangkannya kepada perkampungan bani Sa’diyah di bawah asuhan Halimah. Perkembangannya melampau anak-anak seumurannya. Menurut riwayat, beliau dapat berbicara ketika berumur sembilan bulan. Udara pegunungan yang bersih, lingkungan yang sehat telah menyempurnakan pertumbuhan fisik Muhammad muda yang telah memiliki wajah yang tampan rupawan. Pengasuhan ibundanya Aminah telah membekalkan kekuatan emosi, perasaan cinta, sifat pemalu. Pengasuhan awal ini telah menjadikan Muhammad saw sosok yang kuat fisiknya, tampan wajahnya, cerdas akalnya, baik budinya, sopan akhlaknya, sehingga Allah menyebutnya sebagai: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki khuluq (penciptaan) yang agung (al-Qalam : 4).”
Sementara jiwa kepemimpinan Muhammad saw tumbuh berkembang di bawah asuhan kakeknya Abdul Muthalib. Diriwayatkan suatu hari masyarakat Mekkah bersama para bangsawan tengah menunggu kedatangan Abdul Muthalib yang menjadi penjaga Ka’bah dan pemimpin Quraisy. Baginya disediakan tikar khusus yang dihamparkan di dekat Ka’bah yang tidak berani didekati oleh siapa pun. Tiba-tiba Muhammad saw kecil datang dan langsung duduk di hamparan tikar tersebut. Anak-anak Abdul Muthalib segera menyingkirkannya. Ketika Abdul Muthalib melihatnya dari kejauhan, ia meminta mereka untuk mengembalikan Muhammad saw ke tempat duduknya semula. Sejak peristiwa itu, hampir setiap kesempatan Abdul Muthalib senantiasa mengajaknya ke pertemuan para pemuka Mekkah. Perlakuan khusus kakeknya telah memberikan kepercayaan diri yang besar kepadanya, sekaligus mendapat penghormatan dari masyarakatnya.
Menjadi pengusaha sukses
Berkat keagungan dan kemulian pribadinya, Muhammad saw terkenal sebagai seorang pekerja cerdas yang jujur dan amanah. Beliau memulai kariernya dengan menjalankan perdagangan kecil-kecilan di kota Mekkah, membeli barang-barang dari satu pasar kemudian menjualnya ke pasar yang lainnya. Kepiawaiannya berdagang telah memikat banyak investor Mekkah yang menitipkan hartanya untuk dikembangkan dengan sistem pembagian keuntungan. Perdagangan yang diwakilinya selalu mendapatkan keuntungan besar, sehingga banyak pengusaha yang ingin menjadikannya pekerja sebagai wakil perdagangannya. Semakin dewasa Muhammad saw dan semakin bijak, maka semakin banyak yang mempercayainya menjalankan usaha perdagangan. Pasar yang dikunjunginya pun bukan hanya Mekkah dan sekitarnya, namun beliau berdagang sampai ke Yaman, Syam, Bahraen, bahkan ke Babilon di Iraq.
Sebelum menikah, Muhammad saw telah mengumpulkan banyak harta, baik berupa emas maupun binatang ternak yang diperolehnya dari bagi hasil perdagangan yang dijalankannya. Kekayaan Muhammad dapat diukur dari kemampuannya memberikan maskawin dalam jumlah besar kepada Khadijah. Menurut riwayat, Muhammad saw memberikan sejumlah emas dan 20 ekor unta terbaik, yang artinya sama dengan 20 mobil termewah pada saat ini. Sebelum mencecah usia 25 tahun, Muhammad adalah seorang yang kaya dengan skill dan ekpertis yang jelas, seorang wirausaha ulung. Bukan hanya seorang perantara, tapi seorang pengusaha, pedagang yang penuh kreativitas dengan landasan spiritualitas dan moralitas tinggi.
Perkawinan Muhammad saw dengan Khadijah, sang pengusaha sukses yang baik hati adalah di antara nikmat besar yang Allah telah berikan kepadanya. Jika pengasuhan Halimah dan ibundanya Aminah telah memberikannya kesempurnaan fisik, kefasihan bahasa, ketinggian etika dan kedalaman cinta, pengasuhan kakeknya Abdul Muthalib yang mewariskan leadership dan idealisme, pengasuhan pamannya Abu Thalib yang mewarisinya semangat profesionalisme dan menjadi seorang yang ekspert dalam perdagangan, maka Khadijah memberinya modal kekayaan untuk menjadikannya sebagai seorang pengusaha sukses. Khadijah telah mendorong Muhammad saw menggapai karier tertinggi duniawiyahnya sebagai seorang pengusaha kaya raya yang memiliki kekuasaan perdagangan di semenanjung Arabia.
Khadijah berfungsi sebagai bank yang memberikan modal perdagangan kepada Muhammad saw sehingga beliau dapat menjalankan perdagangannya dengan leluasa dan memberikan keuntungan yang besar. Dan tidak diragukan sebaik-baik bank atau pemberi modal adalah orang yang paling dekat dan terpercaya. Di sinilah keutamaan yang diberikan untuk Muhammad saw oleh Allah SWT, karena ditaqdirkan mendapatkan istri yang baik dan mulia, sekaligus menjadi pemodal usahanya.
Saudagar terkaya
Muhammad saw bukanlah tipe manusia manja yang menumpang hidup di atas kekayaan istrinya, sebagaimana kebanyakan pemuda-pemuda amoral yang mencari istri kaya untuk kepentingan duniawi semata. Setelah menikah dengan Khadijah yang kaya, Muhammad saw tidak bersantai-santai di atas kekayaan istrinya, namun beliau semakin giat menjalankan perdagangan merentas semenanjung Arabia, dari Yaman sampai ke Damaskus di Syam, Yordania, Bahrain dan pasar-pasar besar lainnya. Kesungguhannya dalam berusaha telah menjadikan Muhammad saw sebagai pedagang sukses yang kaya raya, sekaligus memiliki banyak mitra usaha di seluruh jazirah Arab. Di samping memiliki banyak pengusaha asuhan sebagai wakil dalam perdagangannya yang semakin berkembang pesat.
Dalam sebuah riwayat Imam Ahmad, diceritakan bahwa beliau pernah menerima utusan dari Bahrain. Nabi saw menanyakan siapa pemimpin rombongan tersebut, dan dijawab Al-Ashajj. Setelah bertemu dengannya, beliau saw menanyakan berbagai hal, termasuk orang-orang terkemuka serta kota-kota perdagangan di Bahrain seperti Safa, Mushaqqar dan Hijar. Al-Ashajj terkejut dengan pengetahuan luas Nabi saw, dan berkata: “Sungguh, Anda lebih tahu tentang negeri saya daripada saya sendiri. Anda lebih banyak mengenal kota-kota di negeri saya daripada yang saya ketahui.” Kemudian beliau menjawab: “Saya telah mendapat kesempatan untuk menjelajahi negeri Anda dan saya telah diperlakukan dengan baik”.
Kita dapat bayangkan dari riwayat ini, bagaimana gigihnya Muhammad saw dalam menjalankan perdagangannya, sehingga beliau mengetahui seluk beluk kota yang jaraknya ratusan bahkan ribuan kilometer dari Mekkah, sekaligus mengetahui orang-orang ternama atau pemuka-pemuka masyarakatnya, termasuk para pengusaha dan orang kayanya. Mana mungkin seorang yang gigih berdagang menembus penjuru jazirah Arabia dengan kepribadian yang menawan serta jujur dan amanah akan menjadi orang miskin? Kegigihan berdagang saja dapat menjadikan orang kaya raya, apalagi Muhammad saw yang memiliki banyak kelebihan dan pengalaman didukung pula oleh jaringan dan mitra yang tersebar luas di semenanjung Arabia. Pengalaman dan logika akal kita akan memastikan bahwa Muhammad saw akan menjadi kaya raya dengan kegigihannya dan kejujuran dalam berdagang.
Muhammad saw bukan manusia biasa. Beliau adalah manusia luar biasa yang memiliki kesempurnaan karakter dan personalitas, ketinggian etika dan intelektual, kesempurnaan emosi dan spiritual. Manusia yang memiliki genetika terbaik yang diturunkan dari para pemuka-pemuka teragung bangsa Arab. Pengalaman hidupnya yang penuh kegigihan sebagai pengembala maupun profesional muda telah menyempurnakan semua bakat alaminya sebagai seorang yang akan sukses. Apalagi beliau mendapat pengasuhan dan bimbingan langsung dari Sang Penguasa alam sejak dari kecil, maka tidak diragukan sedikitpun, semua faktor-faktor ini akan mengantarkannya menjadi manusia sukses, sesukses-suksesnya, ataupun kaya sekaya-kayanya. Karena beliau manusia luar biasa dengan kemampuan yang luar biasa pula. Manusia yang pasti mampu menggapai tingkat tertinggi kesuksesan manusia manapun.
Tidak diragukan bahwa perdagangan Muhammad saw setelah menikah dengan Khadijah bertambah besar, dengan keuntungan yang sangat besar pula, sehingga Muhammad saw menjadi seorang yang kaya raya, sebagaimana disebutkan oleh al-Qur’an sendiri : “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan (miskin) lalu Dia menjadikanmu kaya raya (al-Dhuha : 8).”
Ayat di atas menjadi hujjah yang terang benderang tentang kayanya Muhammad saw. Bagaimana mungkin ayat ini akan mengada-ada, padahal ayat ini adalah wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang tidak ada keraguan sedikitpun tentang kebenarannya. Justru jika ada seorang yang mengaku muslim, lalu menolak ayat yang menyatakan tentang kayanya Muhammad saw, dikuatirkan akan terperosok menjadi orang yang mengingkari ayat-ayat Allah.
Hikmah
Hikmah terbesar yang dapat kita ambil dari kehidupan Muhammad saw sebagai orang kaya raya sebelum menjadi Nabi dan Rasul, adalah sebuah percontohan kepada kaum muslimin, khususnya para generasi mudanya. Sebelum menapak kariernya sebagai seorang pemimpin dan pendakwah, Muhammad saw adalah orang yang kaya raya dengan usaha perdagangan yang dijalankannya secara serius. Ketika beliau menjadi pemimpin dakwah dan pergerakan Islam, beliau tidak mengambil sedikitpun manfaat material dari perjuangannya, karena beliau sudah kaya raya. Berbeda halnya dengan para pemimpin ataupun politisi masa kini, yang dengan amanah kepemimpinannya, dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh material, bahkan menjadi sarana korupsi dan nepotisme. Itulah sebabnya, sebelum menerima amanah kepemimpinan, idealnya seseorang mesti kaya raya, sehingga menganggap kepemimpinan sebagai amanah sosial bagi pengabdiannya.
Hilmy Bakar Almascaty
* Penulis adalah Penggiat Gerakan Sodagar Kaya Sejati, Doktor Administrasi Bisnis (DBA) yang tengah menyelesaikan Doktor Sejarah Peradaban Islam di Universiti Teknologi Malaysia (UTM).
Akibat terlalu mendominasinya aliran sufisme yang mengutamakan kemiskinan pada mayoritas kaum muslimin terutama sejak abad pertengahan, maka kebanyakan tokoh-tokoh utama Islam digambarkan sebagai orang-orang miskin yang amat mencintai kemiskinan, terutama Nabi Muhammad saw. Pencitraan yang berlebihan ini telah mengasingkan kaum muslimin yang kaya atau yang akan berniat kaya. Karena kebanyakan orang kaya diidentikkan dengan para pecinta dunia, hamba dunia atau sejenisnya yang kehidupannya tercela di sisi agama. Teologi dan paradigma tentang kaya ini telah menghalangi generasi muda muslim untuk menjadi kaya raya, walaupun mereka memiliki potensi besar untuk menjadi kaya dengan pengetahuan dan semangat kerja yang dimilikinya.
Sebagai teladan
Kehidupan Nabi Muhammad saw adalah sebuah kehidupan percontohan bagi seluruh umat manusia. Sebuah model kehidupan ideal yang dikehendaki oleh Sang Pencipta manusia di muka Bumi kepada manusia ciptaannya sepanjang sejarah kemanusiaan, sebagaimana disebutkan al-Qur’an: “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah ( al-Ahzab : 21).”
Jika kita membaca beberapa riwayat, sejak kecil Nabi Muhammad telah memiliki faktor-faktor penting manusia sukses yang kelak mengantarkannya menjadi orang kaya. Muhammad saw tumbuh berkembang sebagai bayi yang sehat, dengan makanan yang berlimpah ruah, minuman yang lezat dari susu kambing ataupun unta yang bergizi tinggi akibat kemakmuran yang didatangkannya kepada perkampungan bani Sa’diyah di bawah asuhan Halimah. Perkembangannya melampau anak-anak seumurannya. Menurut riwayat, beliau dapat berbicara ketika berumur sembilan bulan. Udara pegunungan yang bersih, lingkungan yang sehat telah menyempurnakan pertumbuhan fisik Muhammad muda yang telah memiliki wajah yang tampan rupawan. Pengasuhan ibundanya Aminah telah membekalkan kekuatan emosi, perasaan cinta, sifat pemalu. Pengasuhan awal ini telah menjadikan Muhammad saw sosok yang kuat fisiknya, tampan wajahnya, cerdas akalnya, baik budinya, sopan akhlaknya, sehingga Allah menyebutnya sebagai: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki khuluq (penciptaan) yang agung (al-Qalam : 4).”
Sementara jiwa kepemimpinan Muhammad saw tumbuh berkembang di bawah asuhan kakeknya Abdul Muthalib. Diriwayatkan suatu hari masyarakat Mekkah bersama para bangsawan tengah menunggu kedatangan Abdul Muthalib yang menjadi penjaga Ka’bah dan pemimpin Quraisy. Baginya disediakan tikar khusus yang dihamparkan di dekat Ka’bah yang tidak berani didekati oleh siapa pun. Tiba-tiba Muhammad saw kecil datang dan langsung duduk di hamparan tikar tersebut. Anak-anak Abdul Muthalib segera menyingkirkannya. Ketika Abdul Muthalib melihatnya dari kejauhan, ia meminta mereka untuk mengembalikan Muhammad saw ke tempat duduknya semula. Sejak peristiwa itu, hampir setiap kesempatan Abdul Muthalib senantiasa mengajaknya ke pertemuan para pemuka Mekkah. Perlakuan khusus kakeknya telah memberikan kepercayaan diri yang besar kepadanya, sekaligus mendapat penghormatan dari masyarakatnya.
Menjadi pengusaha sukses
Berkat keagungan dan kemulian pribadinya, Muhammad saw terkenal sebagai seorang pekerja cerdas yang jujur dan amanah. Beliau memulai kariernya dengan menjalankan perdagangan kecil-kecilan di kota Mekkah, membeli barang-barang dari satu pasar kemudian menjualnya ke pasar yang lainnya. Kepiawaiannya berdagang telah memikat banyak investor Mekkah yang menitipkan hartanya untuk dikembangkan dengan sistem pembagian keuntungan. Perdagangan yang diwakilinya selalu mendapatkan keuntungan besar, sehingga banyak pengusaha yang ingin menjadikannya pekerja sebagai wakil perdagangannya. Semakin dewasa Muhammad saw dan semakin bijak, maka semakin banyak yang mempercayainya menjalankan usaha perdagangan. Pasar yang dikunjunginya pun bukan hanya Mekkah dan sekitarnya, namun beliau berdagang sampai ke Yaman, Syam, Bahraen, bahkan ke Babilon di Iraq.
Sebelum menikah, Muhammad saw telah mengumpulkan banyak harta, baik berupa emas maupun binatang ternak yang diperolehnya dari bagi hasil perdagangan yang dijalankannya. Kekayaan Muhammad dapat diukur dari kemampuannya memberikan maskawin dalam jumlah besar kepada Khadijah. Menurut riwayat, Muhammad saw memberikan sejumlah emas dan 20 ekor unta terbaik, yang artinya sama dengan 20 mobil termewah pada saat ini. Sebelum mencecah usia 25 tahun, Muhammad adalah seorang yang kaya dengan skill dan ekpertis yang jelas, seorang wirausaha ulung. Bukan hanya seorang perantara, tapi seorang pengusaha, pedagang yang penuh kreativitas dengan landasan spiritualitas dan moralitas tinggi.
Perkawinan Muhammad saw dengan Khadijah, sang pengusaha sukses yang baik hati adalah di antara nikmat besar yang Allah telah berikan kepadanya. Jika pengasuhan Halimah dan ibundanya Aminah telah memberikannya kesempurnaan fisik, kefasihan bahasa, ketinggian etika dan kedalaman cinta, pengasuhan kakeknya Abdul Muthalib yang mewariskan leadership dan idealisme, pengasuhan pamannya Abu Thalib yang mewarisinya semangat profesionalisme dan menjadi seorang yang ekspert dalam perdagangan, maka Khadijah memberinya modal kekayaan untuk menjadikannya sebagai seorang pengusaha sukses. Khadijah telah mendorong Muhammad saw menggapai karier tertinggi duniawiyahnya sebagai seorang pengusaha kaya raya yang memiliki kekuasaan perdagangan di semenanjung Arabia.
Khadijah berfungsi sebagai bank yang memberikan modal perdagangan kepada Muhammad saw sehingga beliau dapat menjalankan perdagangannya dengan leluasa dan memberikan keuntungan yang besar. Dan tidak diragukan sebaik-baik bank atau pemberi modal adalah orang yang paling dekat dan terpercaya. Di sinilah keutamaan yang diberikan untuk Muhammad saw oleh Allah SWT, karena ditaqdirkan mendapatkan istri yang baik dan mulia, sekaligus menjadi pemodal usahanya.
Saudagar terkaya
Muhammad saw bukanlah tipe manusia manja yang menumpang hidup di atas kekayaan istrinya, sebagaimana kebanyakan pemuda-pemuda amoral yang mencari istri kaya untuk kepentingan duniawi semata. Setelah menikah dengan Khadijah yang kaya, Muhammad saw tidak bersantai-santai di atas kekayaan istrinya, namun beliau semakin giat menjalankan perdagangan merentas semenanjung Arabia, dari Yaman sampai ke Damaskus di Syam, Yordania, Bahrain dan pasar-pasar besar lainnya. Kesungguhannya dalam berusaha telah menjadikan Muhammad saw sebagai pedagang sukses yang kaya raya, sekaligus memiliki banyak mitra usaha di seluruh jazirah Arab. Di samping memiliki banyak pengusaha asuhan sebagai wakil dalam perdagangannya yang semakin berkembang pesat.
Dalam sebuah riwayat Imam Ahmad, diceritakan bahwa beliau pernah menerima utusan dari Bahrain. Nabi saw menanyakan siapa pemimpin rombongan tersebut, dan dijawab Al-Ashajj. Setelah bertemu dengannya, beliau saw menanyakan berbagai hal, termasuk orang-orang terkemuka serta kota-kota perdagangan di Bahrain seperti Safa, Mushaqqar dan Hijar. Al-Ashajj terkejut dengan pengetahuan luas Nabi saw, dan berkata: “Sungguh, Anda lebih tahu tentang negeri saya daripada saya sendiri. Anda lebih banyak mengenal kota-kota di negeri saya daripada yang saya ketahui.” Kemudian beliau menjawab: “Saya telah mendapat kesempatan untuk menjelajahi negeri Anda dan saya telah diperlakukan dengan baik”.
Kita dapat bayangkan dari riwayat ini, bagaimana gigihnya Muhammad saw dalam menjalankan perdagangannya, sehingga beliau mengetahui seluk beluk kota yang jaraknya ratusan bahkan ribuan kilometer dari Mekkah, sekaligus mengetahui orang-orang ternama atau pemuka-pemuka masyarakatnya, termasuk para pengusaha dan orang kayanya. Mana mungkin seorang yang gigih berdagang menembus penjuru jazirah Arabia dengan kepribadian yang menawan serta jujur dan amanah akan menjadi orang miskin? Kegigihan berdagang saja dapat menjadikan orang kaya raya, apalagi Muhammad saw yang memiliki banyak kelebihan dan pengalaman didukung pula oleh jaringan dan mitra yang tersebar luas di semenanjung Arabia. Pengalaman dan logika akal kita akan memastikan bahwa Muhammad saw akan menjadi kaya raya dengan kegigihannya dan kejujuran dalam berdagang.
Muhammad saw bukan manusia biasa. Beliau adalah manusia luar biasa yang memiliki kesempurnaan karakter dan personalitas, ketinggian etika dan intelektual, kesempurnaan emosi dan spiritual. Manusia yang memiliki genetika terbaik yang diturunkan dari para pemuka-pemuka teragung bangsa Arab. Pengalaman hidupnya yang penuh kegigihan sebagai pengembala maupun profesional muda telah menyempurnakan semua bakat alaminya sebagai seorang yang akan sukses. Apalagi beliau mendapat pengasuhan dan bimbingan langsung dari Sang Penguasa alam sejak dari kecil, maka tidak diragukan sedikitpun, semua faktor-faktor ini akan mengantarkannya menjadi manusia sukses, sesukses-suksesnya, ataupun kaya sekaya-kayanya. Karena beliau manusia luar biasa dengan kemampuan yang luar biasa pula. Manusia yang pasti mampu menggapai tingkat tertinggi kesuksesan manusia manapun.
Tidak diragukan bahwa perdagangan Muhammad saw setelah menikah dengan Khadijah bertambah besar, dengan keuntungan yang sangat besar pula, sehingga Muhammad saw menjadi seorang yang kaya raya, sebagaimana disebutkan oleh al-Qur’an sendiri : “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan (miskin) lalu Dia menjadikanmu kaya raya (al-Dhuha : 8).”
Ayat di atas menjadi hujjah yang terang benderang tentang kayanya Muhammad saw. Bagaimana mungkin ayat ini akan mengada-ada, padahal ayat ini adalah wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang tidak ada keraguan sedikitpun tentang kebenarannya. Justru jika ada seorang yang mengaku muslim, lalu menolak ayat yang menyatakan tentang kayanya Muhammad saw, dikuatirkan akan terperosok menjadi orang yang mengingkari ayat-ayat Allah.
Hikmah
Hikmah terbesar yang dapat kita ambil dari kehidupan Muhammad saw sebagai orang kaya raya sebelum menjadi Nabi dan Rasul, adalah sebuah percontohan kepada kaum muslimin, khususnya para generasi mudanya. Sebelum menapak kariernya sebagai seorang pemimpin dan pendakwah, Muhammad saw adalah orang yang kaya raya dengan usaha perdagangan yang dijalankannya secara serius. Ketika beliau menjadi pemimpin dakwah dan pergerakan Islam, beliau tidak mengambil sedikitpun manfaat material dari perjuangannya, karena beliau sudah kaya raya. Berbeda halnya dengan para pemimpin ataupun politisi masa kini, yang dengan amanah kepemimpinannya, dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh material, bahkan menjadi sarana korupsi dan nepotisme. Itulah sebabnya, sebelum menerima amanah kepemimpinan, idealnya seseorang mesti kaya raya, sehingga menganggap kepemimpinan sebagai amanah sosial bagi pengabdiannya.
Hilmy Bakar Almascaty
* Penulis adalah Penggiat Gerakan Sodagar Kaya Sejati, Doktor Administrasi Bisnis (DBA) yang tengah menyelesaikan Doktor Sejarah Peradaban Islam di Universiti Teknologi Malaysia (UTM).