Memasuki bulan Rabiul Awwal, bulan kehairan nabi Muhammad saww, sebagian umat Islam sibuk dan menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan bernuansa keagamaan. Ada yang membaca sholawat diiringi dengan rebana. Ada juga dengan mengadakan lomba pidato yang menitik beratkan kepada tema tantang kelahiran beliau. Bahkan ada juga, saking cintanya, yang rela mengeluarkan – jika tidak dikatakan mengahabiskan – harta benda dengan membeli berbagai keperluan untuk hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan kelahiran beliau. Berbagai acara dan kegiatan tersebut mereka lakukan adalah dalam rangka mengenang dan memperingati hari kelahiran nabi agung Muhammad saww.
Terlepas dari benar dan tidaknya acara tersebut, dalam tulisan singkat ini, penulis mencoba mengulas tentang ketinggian dan kemuliaan akhlaq, sifat dan perilaku sosok yang – menurut Michael Heart dalam bukunya 100 Tokoh Paling Berpengaruh – termasuk tokoh yang paling berpengaruh di antara seratus tokoh dunia. Pernyataan Michael Heart tersebut bukan tanpa alas an dan asal-salan. Penulis barat ini mampu menyajikan fakta dan data tentang pengaruh nabi Muhammad dalam perjalan berikut perjuangannya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan gagap gempita berbagai kecanggihan serta ‘kemodernan’ tekhnologi di era globalisasi ini, sebagian umat manusia mulai terlena dengan apa yang telah ada di depan mata. Mereka mulai terpengaruh dengan ‘kehebatan’ dan kekinclongan layar kaca televisi yang lebih banyak menampilakan sosok-sosok yang tak bernilai juga tak berbudi. Mereka, Muslim Indonesia, lambat laun telah terhipnotis – jika bukan tersihir – dengan tokoh-tokoh yang tak kokoh dan cepat roboh.
Fakta nyata dan tak terbantahkan adalah sebagian umat Islam baik di Indonesia, atau pun Negara lain lebih ngeh dan ‘beken’ dengan mengidolakan Lionel Messi dari pada sosok yang suci. Kita lebih gandrung memasang foto Christiano Ronaldo ketimbang tokoh yang sangat shaleh penuh ridha. Dan tak segan lagi memakai kaos yang berlambang salib meskipun hal itu membuat hati-tercabik-cabik. Muhammad dikesampingkan sementara David Beckham diagungkan. Penerus risalah Ibrahim as. disingkirkan sementara Alex Ferguson diunggulkan. Kita kadang – bahkan sering atau mungkin sudah pasti – rela tidak ada tulisan/kaligrafi Muhammad asalkan Robin van Persie tetap terpasang dan menawan.
Semua itu, memberikan sinyalemen bahwa kita telah lupa dengan firman Allah swt. bahwa kehebatan dan kekokohan sosok Muhammad adalah lebih layak dan pantas untuk diidolekan dan diteladani. Allah berfirman;
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab: 21)
Penjabaran dan penjelasan tentang ayat di atas barang kali telah sering kita dengar bahwa hanya ada satu sosok – disamping sosok yang lain – yang sangat tepat untuk dijadikan teladan baik dari segi akhlak, sifat, tindakan ataupun tutur kata. Dari segi akhlak berdasarkan kesaksian Anas bin Malik, salah satu sahabat nabi, mengatakan bahwa selama menjadi pembantu Rasulullah tidak pernah melihat beliau melayangkan piring, atau menerbangkan sandal barang sekalipun. Kesaksian ini tentu sangat sejalan dengan friman Allah swt. di atas. Dari segi sifat, tindakan dan tutur kata pun tidak berbeda. Beliau betul-betul layak dan patut menjadi teladan dalam setiap lini kehidupan.
Muhammad Jawad Mughniyah dalam Tafsir al-Mubin-nya menerangkan bahwa ayat ini merupakan perintah dari Allah jalla wa ala kepada umat Muhammad untuk meneladani dan mengikuti apa saja yang digariskan oleh Rasulullah. Juga menjadi kewajiban dan keharusan untuk berittibak kepadanya. Baik perkataan serta perbuatan ataupun sikap dan sifat yang diajarkan beliau. Lalu masihkan kita lebih respek dan ‘lengket’ kapada musisi atau ator dan artis yang tak kenal agama dan tingkah laku?
Keagungan dan ketinggian akhlak Rasulullah saww. juga disinggung oleh Allah swt dalam surat dan ayat yang lain;
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS: al-Qalam 4)
Tidak cukup sampai di sini, pujian dan sanjungan Allah swt dieksplorasi sedemikian rupa bahwa apa yang disampaikan Rasulullah melalui lisan sucinya semuanya adalah dari Allah azza wa jalla. Atau dengan kata lain semua itu adalah wahyu yang diterima dengan kalbu. Firman Allah al-A’dzam ;
Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. (QS: an-Najm 1-5)
Ayat di atas dengan tegas dan gamlang menjelaskan bahwa karakter, sifat serta kebiasaan Rasulullah merupakan manifestasi wahyu yang telah diturunkan kepada beliau. Hal ini tercermin dari sumpah Allah al-A’dham dengan makhluknya (baca; bintang) bahwa Muhammad Rasulullah adalah sosok manusia yang tidak pernah mengikuti hawa nafsu. Baik dari perkataan, tingkah laku dan juga perbuatan. Kebaisaan ini sangat diametris (bertolak belakang) dengan kebiasaan para punggawa sepak bola yang beda agama. Lalu seperti apakah kebiasaan sebagaian – sekali lagi sebagian – pegawai kulait bundar ini?
Seperti diberitakan di beberapa media massa, baik cetak maupun elektronik, tak jarang kita temukan sebagian – sekali lagi dan lagi sebagian – pesepak bola melontarkan kata-kata kotor dan hina, baik itu kepada wasit, rival, teman se club bahkan kepada sang pelatih sekalipun. Perbuatan seperti ini bukan sekali atau dua kali kita saksikan dan dengarkan. Mereka demikian karena di dalam diri mereka barangkali – lebih-lebih yang non-Muslim – tidak mempunyai filter atau rem yang kurang atau bahkan tidak makan. Sehingga, wajar jika apa yang mereka perbuat tak lebih dan tak kurang seperti keluarnya asap dari corobong pabrik. Didengarkan telinga sakit yang pada akhrinya hati-tercabik-cabik.
Lebih dari itu, telah sering kita dengar dan baca bahwa melambungnya gaji yang didapatkan dari team yang dibela, menyebabkan mereka rela mengeluarkan dan membayar aktris dan model dengan harga yang menggiurkan asalkan hasrat dapat tersalurkan. Tak jarang dari sebagian mereka – tanpa rasa malau – berani meniduri isteri teman se-team disebabkan mereka sudah mualai sinting. Bahakn yang lebih parah lagi adalah kabar ternaru yang diturunkan oleh detik.com di mana salah satu pesepak bola yang mulai naik daun dan terkenal menggeranyangi isteri adiknya sendiri. Seolah-olah dia mengatakan “Ipar tidaklah masalah yang penting bisa menghilangkan rasa lelah.” Imbas dari perbuatan bejat ini adalah yang adik, suami dari isteri yang digeranyangi, menutup pintu maaf bagi sang kakak. Lalu dengan seabrek dan berjibunnya kelakuan sebagian pebisnis di rumput hijau, masihkan kita meng-idola-kan mereka dan mengubur mati teladan sejati utusan Rabbul izzati???? Jawabannya kembali kepada keimanan dan ketakwaan kita. Wallahu a’lam.
Rizal Ahmadi