DATA sejarah Gayo kembali bertambah. Dari hasil penelitian arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Medan akhir tahun 2012 lalu ternyata kawasan tepi danau Lut Tawar sudah didiami sejak 7525 tahun yang lalu. Lebih tua 125 tahun dari temuan sebelumnya, 7400 tahun.
“Dari sejumlah sampel yang kita analisa carbon datin pasca penggalian terakhir yang hasilnya kami terima beberapa hari lalu, ternyata di gua Mendale sudah dihuni sejak 7525 tahun lalu,” kata Ketut Wiradnyana kepada Lintas Gayo, Minggu 27 Januari 2013 lalu.
Selain itu, di Loyang (gua) Mendale juga ditemukan manik-manik dari berbagai bahan seperti kaca dan kulit kerang.
“Manik-manik berbahan kulit kerang berumur 3100 tahun sementara berbahan kaca berasal dari Asia Pasifik Cina yang diproduksi di abad 12-an,” kata Ketut.
Kesimpulan lainnya, dijelaskan penulis buku “Gayo Merangkai Identitas” ini pada abad 12 di Gayo sudah terjadi perdagangan yang dilakukan oleh orang India.
"Karenanya ada pengaruh India di Gayo," simpul Ketut.
Saat itu, bahan dagangan yang populer dari Gayo adalah hasil dari hewan seperti daging, kulit, gading serta hasil hutan lainnya.
“Di abad 12, kawasan Aceh pesisir sudah ramai begitu juga di Gayo. Dan untuk temuan artefak dan ekofak di Buntul Linge pernah dipakai di abad 5, 8 dan 12,” tutup Ketut Wiradnyana.[]
“Dari sejumlah sampel yang kita analisa carbon datin pasca penggalian terakhir yang hasilnya kami terima beberapa hari lalu, ternyata di gua Mendale sudah dihuni sejak 7525 tahun lalu,” kata Ketut Wiradnyana kepada Lintas Gayo, Minggu 27 Januari 2013 lalu.
Selain itu, di Loyang (gua) Mendale juga ditemukan manik-manik dari berbagai bahan seperti kaca dan kulit kerang.
“Manik-manik berbahan kulit kerang berumur 3100 tahun sementara berbahan kaca berasal dari Asia Pasifik Cina yang diproduksi di abad 12-an,” kata Ketut.
Kesimpulan lainnya, dijelaskan penulis buku “Gayo Merangkai Identitas” ini pada abad 12 di Gayo sudah terjadi perdagangan yang dilakukan oleh orang India.
"Karenanya ada pengaruh India di Gayo," simpul Ketut.
Saat itu, bahan dagangan yang populer dari Gayo adalah hasil dari hewan seperti daging, kulit, gading serta hasil hutan lainnya.
“Di abad 12, kawasan Aceh pesisir sudah ramai begitu juga di Gayo. Dan untuk temuan artefak dan ekofak di Buntul Linge pernah dipakai di abad 5, 8 dan 12,” tutup Ketut Wiradnyana.[]