Tuangku adalah orang yang paling disegani pada zamannya. Ia pernah kalah bermain judi, akibat kekalahannya itu Tuangu tak bisa tidur karena terus berpikir.
HADIR dari tumpukan 99 Pulau yang berada paling ujung Sumatera tak salah kalau masyarakat menyebutnya sebagai Kepulauan Banyak , padahal nama Pulau Banyak itu tidak pernah ada dalam sejarahnya.
Pada jaman penjajahan Belanda yang ada dalam peta adalah Pulau Baguk (bukan Desa Pulau Baguk saat ini –red) begitu juga dengan Pulau Balai yang sekarang menjadi Ibukota Kecamatan Pulau Banyak tidak pernah tersebut karena Pemerintahan pertama berada di Haloban .
Lalu benarkah Pulau Banyak berasal dari nama Tuangku…? Cerita zaman Belanda dulu berawal dari seorang penduduk yang bermukim di Haloban. Sekarang menjadi ibu kota Kecamatan Pulau Banyak Barat (PBB) bernama Tuangku.
Tuangku adalah orang yang paling disegani pada zamannya. Ia pernah kalah bermain judi, akibat kekalahannya itu Tuangu tak bisa tidur karena terus berpikir. Lalu untuk mengobati kesusahan tidurnya dia memanggil seorang penduduk untuk mengobati agar bisa tertidur.
Dimana menurut cerita apabila perintahnya tidak diindahkan maka penduduk yang dipanggil harus menggulung tikar dan menggali tanah di bukit Haloban sebagai sanksi atas dilanggarnya perintah tersebut .
Di saat itu Tuangku memanggil warganya yang bernama Pawang Gembung (nama orang-red) pada tengah malam agar datang ker umahnya. Karena takut dengan ganjaran yang akan diberikan, Pawang Gembung pun menghadap Tuangku. “Saya dipanggil Tuangku untuk mengahadap apa gerangan yang harus saya lakukan?” tanya Pawang Gembung.
Lalu Tuangku menjawab “Saya baru saja selesai main judi dan saya kalah, kini saya tidak bisa tidur tolong saya diberi obat,” Ujarnya. Tanpa pikir panjang Pawang Gembung pun bersiap untuk mengobatinya padahal saat itu perasaan Pawang Gembung bercampur takut dan ragu serta terus berpikir apa obat yang harus diberikan agar Tuangku bisa tertidur.
Tak lama Pawang Gembung pun menarik suaranya dengan melantunkan lagu – lagu sikampang ( berpantun-red) dibantu alat yang bisa mengindahkan suara yaitu “Pitunang”. Menurut cerita dengan bersikambang pitunang itu siapa saja anak perempuan yang mendengarnya pasti tertarik dan mau dinikahi oleh orang yang mengalunkannya.
Akhirnya untuk mengobati agar Tuangku bisa tidur Pawang Gembung pun bersikambang. Alhasil tiga kali bersikambang Tuangku pun tertidur dan sangking lelapnya Tuangku tak tau kapan Pawang Gembung pulang dari rumahnya.
Sehingga keesokan harinya Tuangu kembali memanggil Pawang Gembung untuk menghadapnya lagi ke rumah. Karena perintah itu hati Pawang Gembung pun kembali ragu, di pikirannya akan diberi hukuman untuk menggali tanah.
Namun setelah Pawang Gembung tiba, Tuangku kemudian bertanya. “Kapan saya tertidur dan mengapa saya tidak tau kapan Pawang Gembung pulang dari rumah saya” tanyanya.
Dengan kepala tertunduk Pawang Gembung pun menjawab. “Tadi di saat saya bersikambang sebanyak tiga kali Tuangku pun tertidur setelah itu saya langsung meninggalkan Tuangku,”.
Mendengar itu Tuangku pun lantas senyum dan berkata “mulai hari ini saya akan memberikan hadiah kepadamu Pawang Gembung yaitu berupa Balesting atau upah Bulanan,”
Sejak itulah nama tempat Tuangku bermukim disebut sebagai Pulau Tuangku yang saat ini telah dijadikan pusat ibu kota Pemerintahan Kecamatan Pulau Banyak Barat yang dipimpin oleh M. Hasby sebagai Camat. Menurut warga di sana Camat tersebut adalah anak dari sesepuh pemimpin Pulau Tuangku masa lalu yang saat ini berpusat di Haloban.[] (ihn)
Pada jaman penjajahan Belanda yang ada dalam peta adalah Pulau Baguk (bukan Desa Pulau Baguk saat ini –red) begitu juga dengan Pulau Balai yang sekarang menjadi Ibukota Kecamatan Pulau Banyak tidak pernah tersebut karena Pemerintahan pertama berada di Haloban .
Lalu benarkah Pulau Banyak berasal dari nama Tuangku…? Cerita zaman Belanda dulu berawal dari seorang penduduk yang bermukim di Haloban. Sekarang menjadi ibu kota Kecamatan Pulau Banyak Barat (PBB) bernama Tuangku.
Tuangku adalah orang yang paling disegani pada zamannya. Ia pernah kalah bermain judi, akibat kekalahannya itu Tuangu tak bisa tidur karena terus berpikir. Lalu untuk mengobati kesusahan tidurnya dia memanggil seorang penduduk untuk mengobati agar bisa tertidur.
Dimana menurut cerita apabila perintahnya tidak diindahkan maka penduduk yang dipanggil harus menggulung tikar dan menggali tanah di bukit Haloban sebagai sanksi atas dilanggarnya perintah tersebut .
Di saat itu Tuangku memanggil warganya yang bernama Pawang Gembung (nama orang-red) pada tengah malam agar datang ker umahnya. Karena takut dengan ganjaran yang akan diberikan, Pawang Gembung pun menghadap Tuangku. “Saya dipanggil Tuangku untuk mengahadap apa gerangan yang harus saya lakukan?” tanya Pawang Gembung.
Lalu Tuangku menjawab “Saya baru saja selesai main judi dan saya kalah, kini saya tidak bisa tidur tolong saya diberi obat,” Ujarnya. Tanpa pikir panjang Pawang Gembung pun bersiap untuk mengobatinya padahal saat itu perasaan Pawang Gembung bercampur takut dan ragu serta terus berpikir apa obat yang harus diberikan agar Tuangku bisa tertidur.
Tak lama Pawang Gembung pun menarik suaranya dengan melantunkan lagu – lagu sikampang ( berpantun-red) dibantu alat yang bisa mengindahkan suara yaitu “Pitunang”. Menurut cerita dengan bersikambang pitunang itu siapa saja anak perempuan yang mendengarnya pasti tertarik dan mau dinikahi oleh orang yang mengalunkannya.
Akhirnya untuk mengobati agar Tuangku bisa tidur Pawang Gembung pun bersikambang. Alhasil tiga kali bersikambang Tuangku pun tertidur dan sangking lelapnya Tuangku tak tau kapan Pawang Gembung pulang dari rumahnya.
Sehingga keesokan harinya Tuangu kembali memanggil Pawang Gembung untuk menghadapnya lagi ke rumah. Karena perintah itu hati Pawang Gembung pun kembali ragu, di pikirannya akan diberi hukuman untuk menggali tanah.
Namun setelah Pawang Gembung tiba, Tuangku kemudian bertanya. “Kapan saya tertidur dan mengapa saya tidak tau kapan Pawang Gembung pulang dari rumah saya” tanyanya.
Dengan kepala tertunduk Pawang Gembung pun menjawab. “Tadi di saat saya bersikambang sebanyak tiga kali Tuangku pun tertidur setelah itu saya langsung meninggalkan Tuangku,”.
Mendengar itu Tuangku pun lantas senyum dan berkata “mulai hari ini saya akan memberikan hadiah kepadamu Pawang Gembung yaitu berupa Balesting atau upah Bulanan,”
Sejak itulah nama tempat Tuangku bermukim disebut sebagai Pulau Tuangku yang saat ini telah dijadikan pusat ibu kota Pemerintahan Kecamatan Pulau Banyak Barat yang dipimpin oleh M. Hasby sebagai Camat. Menurut warga di sana Camat tersebut adalah anak dari sesepuh pemimpin Pulau Tuangku masa lalu yang saat ini berpusat di Haloban.[] (ihn)