Gurun pasir (ilustrasi)
Sebelum berpisah, Khidir pun menjelaskan maksud dibalik perbuatan yang Musa tak sabar atasnya. “Aku akan memberitahu tujuan perbuatanku. Perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut. Aku merusak perahu mereka karena mereka dihadapkan pada seorang raja yang merampas setiap perahu,” kata Khidir.Betapa ilmu Khidir benar-benar luar biasa. Ilmu tersebut membuatnya sangat bijak. Bayangkan jika Khidir tak melubangi perahu itu, orang miskin tersebut akan kehilangan tak hanya perahu, tapi juga mata pencaharian mereka. Dengan perahu yang berlubang, raja lalim mana yang suka untuk mengambilnya.
Itu baru satu kisah. Kisah selanjutnya, Khidir menjelaskan, “Adapun anak itu, kedua orang tuanya merupakan Mukminin. Kami khawatir, dia akan mendorong kedua orang tuanya pada kesesatan dan kekafiran. Dan, kami menghendaki supaya Rabb mengganti anak lain untuk mereka yang lebih baik, suci, dan lebih sayang pada ibu bapaknya,” ujar Khidir.
Tahulah Musa bahwa ilmu yang dimiliki Khidir benar-benar luar biasa. Ia mengetahui hal misterius dan mengambil kebijaksanaan atasnya. Kisah terakhir, “Dinding rumah itu merupakan milik dua anak yatim di negeri tersebut. Di bawahnya tersimpan harta benda simpanan sang ayah untuk keduanya. Ayahnya adalah seorang yang shalih. Rabbmu menghendaki agar mereka sampai dewasa dan mengeluarkan simpanan itu sebagai rahmat Rabbmu,” jelas Khidir.
Terjawablah semua pertanyaan Musa atas sikap Khidir. Musa pun kagum dengan ilmu yang diajarkan Allah kepada Khidir. “Tidaklah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri,” pungkas Khidir yang menunjukkan betapa dia memiliki ilmu yang luar biasa dari rahmat Allah.
Perjalanan Musa dan Khidir tersebut dikisahkan dalam Alquran surah al-Kahfi ayat 60 hingga 82. Rasulullah pun mengisahkannya dalam sebuah hadis riwayat Ubai Ibn Ka'ab yang tercantum dalam Shahih Al Bukhari. Ibnu Katsir menjelaskan kisah dengan rinci melalui hadis tersebut.
Di akhir hadis, Rasulullah bersabda, “Kami berharap, Musa dapat sabar dengan kebajikan yang mana Allah mungkin akan memberitahu kami lebih banyak tentang kisah ini. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pada Musa,” sabda Rasulullah.
Adapun dalam al-kitab atau Injil Perjanjian Lama, tokoh Khidir tak disebut-sebut meski kisahnya terjadi di masa Bani Israil. Tapi, beberapa dari cendekiawan Bani Israil menganggap, Khidir merupakan Elia atau Ilyas. Beberapa mereka juga mengenal Khidir dengan sebutan St George. Dalam buku Mystical Dimensions of Islam karya Annemarie Schimmel, kisah Khidir termasuk di dalamnya dan disebut sebagai sosok yang kekal dan belum wafat hingga kini sebagaimana Nabi Isa.
Tapi, legenda mengenai kekalnya Khidir tersebut tampaknya hanyalah dongeng belaka. Ibnul Qayyim dalam kitabnya al-Manarul Munif fil Hadits-Shahih wa Dhaif menyebutkan bahwa tak ada riwayat shahih yang menyebut bahwa Khidir masih hidup.
Afriza Hanifa
Redaktur: Heri Ruslan