Berakting panas dan nyaris bugil ternyata sudah ada di Indonesia sejak tahun 1950-an. Meski sebenarnya bukan film yang mengarah ke porno, namun akting dari aktris ini cukup liar.
Tanpa disadari, dari sinilah menjadi pemicu di generasi aktris lainnya. Mengingat di era tersebut yang masing menganggap tabu, namun produser dan khususnya aktris berani menampilkan tubuhnya yang sensual.
Siapa saja para pionir yang berani bugil pertama kali di Indonesia?
1. Nurnaningsih
Mungkin kita asing mendengar namanya. Namun di tahun 1950-1970-an nama Nurnanigsih sangat populer di perfilman Indonesia. Dia memiliki banyak penggemar setelah membintangi film Harimau Tjampa besutan sutardara legendaris H Umar Ismail. Ketenarannya karena berani beradegan bugil di film tersebut dan menimbulkan kontroversi di masyarakat yang masih memandang tabu.
Tak hanya di film, artis yang biasa dipanggil Nur ini juga berani berpose seronok di berbagai majalah. Dia juga membuat kontroversi dengan pendapatnya yang liberal dan belum terpikirkan oleh artis lain.
2. Rahayu Effendi
Setelah Nurnaningsih, tongkat estafet bom sex diteruskan oleh Rahayu Effendi. Berbeda dengan Nur yang semi telanjang, Rahayu konon nekat telanjang di film Tante Girang (1974) yang menggemparkan dunia perfilman Indonesia. Selain film tersebut, Rahayu juga membintangi film lainnya yang tidak menampilkan adegan panas, seperti Bundaku Sayang dan Pacar Pilihanyang masuk nominasi Piala FFI tahun 1975.
3. Suzanna
Ketika Rahayu Effendi banyak bermain santun diberbagai film, generasi bom sex diteruskan oleh Suzanna. Bintang legendaris ini ngetop lewat film-film panas dan mistik, salah satunya yang terkenal adalah Bernafas Dalam Lumpur(1970) yang adegan panasnya membuat pria panas dingin saat itu.
4. Debby Cintia Dewi
Tahun 1972 muncul film yang kembali menggemparkan masyarakat Indonesia. Tiada Jalan Lain besutan sutradara Hasmanan ini menampilkan adegan panas. Film yang diperani oleh Debby Cintia Dewi ini beradu peran dengan aktor Mandarin Alan Teng Kuang Yung. Rumornya, saat pengambilan adegan ranjang yang berada di lokasi hanya ada sutradara, juru kamera, Debby dan Alan. Film ini sempat dilarang beredar di seluruh Indonesia oleh Jaksa Agung RI karena adegannya yang dikhawatirkan merusak moral bangsa.