Makam kapten Lidan pernah dipugar oleh Pemerintah Aceh Timur, sebelum lahir Pemerintah Langsa.
SALAH satu pejuang kemerdekaan Indonesia, Kapten Lidan, dimakamkan di Gampong Langsa Lama, Kota Langsa. Makam ini berada dalam komplek kuburan keluarganya.
Anak Kapten Lidan, Liun Bariah, 65 tahun, kepada ATJEHPOStcom, Kamis, 7 Maret 2013 mengatakan makam ayahnya pernah dipugar oleh Pemerintah Aceh Timur, sebelum lahir Pemerintah Langsa.
“Sebelumnya pernah diminta oleh pemerintah agar kuburan ini dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan, tapi kami dari pihak keluarga tidak mengizinkan,” kata Liun Bariah.
Alasan Liun Bariah karena jarak rumahnya ke lokasi Taman Makam Pahlawan lumayan jauh. Liun khawatir tidak bisa berziarah ke makam ayahnya jika sewaktu-waktu ia dan keluarganya tidak punya uang.
“Makam ayah biarlah dekat rumah saya ini, kapan saja bisa saya bersihkan dan rawat,” katanya.
Menurut Liun, beberapa tahun lalu saat memperingati Hari Pahlawan Nasional, kuburan ayahnya pernah dikunjungi oleh pihak Muspida Langsa. Setelah itu, kata dia, sampai sekarang Pemerintah atau Muspida tidak lagi berziarah ke makam Kapten Lidan.
Liun Bariah menyebutkan ayahnya putra asli Gampong Langsa Lama. Kapten Lidan gugur di medan pertempuran saat melawan serdadu Belanda di daerah Berandan Sumatra Utara tahun 1948. Ketika itu, Liun masih berumur tujuh hari.
Sebagai bentuk penghargaan kepada Kapten Lidan, masyarakat setempat memberi nama salah satu dusun di Gampong Langsa Lama tersebut Dusun Kapten Lidan.
Keuchik Langsa Lama, Antoni minta Pemerintah Langsa memberi perhatian untuk perawatan makam bersejarah. “Jangan sampai situs sejarah terabaikan begitu saja tanpa ada upaya pelestarian yang layak,” katanya.[](iip)
Anak Kapten Lidan, Liun Bariah, 65 tahun, kepada ATJEHPOStcom, Kamis, 7 Maret 2013 mengatakan makam ayahnya pernah dipugar oleh Pemerintah Aceh Timur, sebelum lahir Pemerintah Langsa.
“Sebelumnya pernah diminta oleh pemerintah agar kuburan ini dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan, tapi kami dari pihak keluarga tidak mengizinkan,” kata Liun Bariah.
Alasan Liun Bariah karena jarak rumahnya ke lokasi Taman Makam Pahlawan lumayan jauh. Liun khawatir tidak bisa berziarah ke makam ayahnya jika sewaktu-waktu ia dan keluarganya tidak punya uang.
“Makam ayah biarlah dekat rumah saya ini, kapan saja bisa saya bersihkan dan rawat,” katanya.
Menurut Liun, beberapa tahun lalu saat memperingati Hari Pahlawan Nasional, kuburan ayahnya pernah dikunjungi oleh pihak Muspida Langsa. Setelah itu, kata dia, sampai sekarang Pemerintah atau Muspida tidak lagi berziarah ke makam Kapten Lidan.
Liun Bariah menyebutkan ayahnya putra asli Gampong Langsa Lama. Kapten Lidan gugur di medan pertempuran saat melawan serdadu Belanda di daerah Berandan Sumatra Utara tahun 1948. Ketika itu, Liun masih berumur tujuh hari.
Sebagai bentuk penghargaan kepada Kapten Lidan, masyarakat setempat memberi nama salah satu dusun di Gampong Langsa Lama tersebut Dusun Kapten Lidan.
Keuchik Langsa Lama, Antoni minta Pemerintah Langsa memberi perhatian untuk perawatan makam bersejarah. “Jangan sampai situs sejarah terabaikan begitu saja tanpa ada upaya pelestarian yang layak,” katanya.[](iip)