Beberapa batu nisan dalam komplek makam Tuan Di Pakeh ini terlihat ada yang sudah patah dan roboh.
MAKAM Tuan Di Pakeh ini terletak tidak jauh dari lokasi situs sejarah tsunami Kapal PLTD Apung di Punge Blang Cut Banda Aceh. Makam ini terletak di sisi jalan kecil yang kerap dilalui warga dan terpaut beberapa meter dari Masjid Subulussalam, Banda Aceh.
Awalnya makam itu dikelilingi pagar. Namun menurut pantauan ATJEHPOSTcom pada Kamis, 7 Maret 2013, kondisinya memprihatinkan. Pondasi bekas pagar makam terlihat retak.
Bahkan, pagarnya sudah hilang dibawa air bah tsunami kendati nisan-nisan tua itu masih ada. Siapa saja bisa masuk dan menginjak area makam.
Beberapa batu nisan dalam komplek makam Tuan Di Pakeh ini terlihat ada yang sudah patah dan roboh. Di sisi pondasi makam ini tumbuh beberapa pohon besar.
Salah satu warga Punge Blang Cut, Ani yang rumahnya berada tepat di depan Makam Tuan Di Pakeh mengatakan sebelum tsunami, makam ini sangat terawat dan bagus. Komplek makam ini memiliki pagar dan bahkan sering datang masyarakat untuk bernazar ke makam.
"Dulu sebelum tsunami makam ini sangat terawat. Ada orang yang datang untuk peleuh kaoi (bernazar ). Namun setelah tsunami, ya begitulah pagarnya tidak ada," katanya.
Sekitar beberapa bulan yang lalu, kata dia, pihak Dinas Kebudayaan Kota Banda Aceh meminta suaminya untuk menjaga makam tersebut.
"Ya perawatannya hanya membersihkan rumput dan daun-daun yang jatuh. Meskipun ada uang atau tidak, kami tetap membersihkannya karena di depan rumah," tuturnya.
Namun sayangnya Ani mengaku kurang mengetahui sejarah dan sosok serta peranan Tuan Di Pakeh itu.[](bna)
Awalnya makam itu dikelilingi pagar. Namun menurut pantauan ATJEHPOSTcom pada Kamis, 7 Maret 2013, kondisinya memprihatinkan. Pondasi bekas pagar makam terlihat retak.
Bahkan, pagarnya sudah hilang dibawa air bah tsunami kendati nisan-nisan tua itu masih ada. Siapa saja bisa masuk dan menginjak area makam.
Beberapa batu nisan dalam komplek makam Tuan Di Pakeh ini terlihat ada yang sudah patah dan roboh. Di sisi pondasi makam ini tumbuh beberapa pohon besar.
Salah satu warga Punge Blang Cut, Ani yang rumahnya berada tepat di depan Makam Tuan Di Pakeh mengatakan sebelum tsunami, makam ini sangat terawat dan bagus. Komplek makam ini memiliki pagar dan bahkan sering datang masyarakat untuk bernazar ke makam.
"Dulu sebelum tsunami makam ini sangat terawat. Ada orang yang datang untuk peleuh kaoi (bernazar ). Namun setelah tsunami, ya begitulah pagarnya tidak ada," katanya.
Sekitar beberapa bulan yang lalu, kata dia, pihak Dinas Kebudayaan Kota Banda Aceh meminta suaminya untuk menjaga makam tersebut.
"Ya perawatannya hanya membersihkan rumput dan daun-daun yang jatuh. Meskipun ada uang atau tidak, kami tetap membersihkannya karena di depan rumah," tuturnya.
Namun sayangnya Ani mengaku kurang mengetahui sejarah dan sosok serta peranan Tuan Di Pakeh itu.[](bna)