Ada yang menyebutkan di makam ini terbaring jasad Hamzah Fansuri namun ada pula yang mengatakan di makam itu dikuburkan jasad Tuan Di Blang Teungku Salah Nama.
MAKAM itu berukuran panjang dan bersih. Di batu nisannya dibalut dengan kain putih. Makam ini dilindungi atap dengan sepuluh penopang tiang.
Terletak di jalan Rama Setia atau Jalan Lampaseh Kota-Deah Gleumpang. Makam ini terletak tepat di Gampong Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Belum diketahui jasad siapa yang dimakamkan di sana.
Kabarnya masih simpang siur. Ada yang menyebutkan di makam ini terbaring jasad Hamzah Fansuri namun ada pula yang mengatakan di makam itu dikuburkan jasad Tuan Di Blang Teungku Salah Nama.
"Katanya itu makam Tgk Syeikh Hamzah Fansuri. Tapi belum tahu pasti soalnya makam Tgk Hamzah Fansuri itu ada juga yang di Ujong Pancu dan ada juga yang di Medan, yang mana benarnya saya tidak tahu," ujar Nasruddin, seorang pengurus makam yang menetap di Desa Deah Teungoh kepada ATJEHPOSTcom, Kamis, 7 Maret 2013.
Menurut Nasruddin, warga sekitar mengatakan makam itu merupakan milik Teungku Tujuh Blah Hah.
"Ya, emang ada yang mengatakan kalau itu makam Teungku Tujuh Blah Hah. Itu karena panjang makamnya Tujuh Blah Hah," ujarnya.
Berdasarkan cerita yang diketahui Nasruddin, di makam ini dikuburkan orang saleh yang dikenal dekat dengan Allah. "Makanya dia disebut dengan wali Allah," katanya.
Sebelumnya, kata dia, makam ini tak memiliki atap. Namun dikemudian hari ada yang mewakafkan agar makam ini dipasangi atap.
"Ada orang yang wakaf, dia guru si Romi warga Desa Deah Teungoh ini juga. Katanya gurunya ada mimpi tentang makam itu. Makanya dia pasang atap pada makam itu," ujarnya.
Selain dipasang atap untuk melindungi makam, di nisan makam ini juga dipasang kain putih. Dulu, kata dia, banyak warga yang mendatangi makam ini untuk berdoa.
"Yah, banyak orang datang ke makam untuk minta doa sampai dulunya ada yang meletakkan uang di bawah batu. Saya gak tahu gunanya untuk apa. Tapi waktu dulu saya ambil uang setiap orang letak di makam itu," ujarnya sembari tertawa.
Ia mengatakan boleh datang ke makam itu kalau sekadar untuk membaca yasin dan berdoa. "Yah kalau sekedar baca yasin dan berdoa, tidak apalah. Tapi terkadang ada yang datang malam, berdoa, salat di situ. Kan itu bisa menimbulkan sirik," ujarnya.
Dia juga menceritakan berdasarkan pengetahuannya bahwa orang yang dikuburkan di makam ini merupakan penasehat dan guru pada zaman Kerajaan Sultan Iskandar Muda.
"Tapi pada masa Ratu Safiatuddin, Tengku Hamzah Fansuri dipancung. Karena kita kan orang awam, sedangkan dia wali Allah. Jadi apa yang dipegangnya dia katakan ini Allah... ini Allah... Kalau orang salah menilainya takutnya sesat dan banyak yang mengaku menjadi Allah. Makanya Teungku Hamzah Fansuri dipancung," katanya.
Di sisi lain, sesepuh masyarakat Gampong Rima Jeuneu, Peukan Bada, Abdurrahman, mengatakan makam yang memiliki panjang dua blah hah itu merupakan milik Tuan Di Blang Teungku Salah Nama. (Baca : Kisah Tuan Di Blang; Antara mistis dan fakta sejarah).[](bna)
Terletak di jalan Rama Setia atau Jalan Lampaseh Kota-Deah Gleumpang. Makam ini terletak tepat di Gampong Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Belum diketahui jasad siapa yang dimakamkan di sana.
Kabarnya masih simpang siur. Ada yang menyebutkan di makam ini terbaring jasad Hamzah Fansuri namun ada pula yang mengatakan di makam itu dikuburkan jasad Tuan Di Blang Teungku Salah Nama.
"Katanya itu makam Tgk Syeikh Hamzah Fansuri. Tapi belum tahu pasti soalnya makam Tgk Hamzah Fansuri itu ada juga yang di Ujong Pancu dan ada juga yang di Medan, yang mana benarnya saya tidak tahu," ujar Nasruddin, seorang pengurus makam yang menetap di Desa Deah Teungoh kepada ATJEHPOSTcom, Kamis, 7 Maret 2013.
Menurut Nasruddin, warga sekitar mengatakan makam itu merupakan milik Teungku Tujuh Blah Hah.
"Ya, emang ada yang mengatakan kalau itu makam Teungku Tujuh Blah Hah. Itu karena panjang makamnya Tujuh Blah Hah," ujarnya.
Berdasarkan cerita yang diketahui Nasruddin, di makam ini dikuburkan orang saleh yang dikenal dekat dengan Allah. "Makanya dia disebut dengan wali Allah," katanya.
Sebelumnya, kata dia, makam ini tak memiliki atap. Namun dikemudian hari ada yang mewakafkan agar makam ini dipasangi atap.
"Ada orang yang wakaf, dia guru si Romi warga Desa Deah Teungoh ini juga. Katanya gurunya ada mimpi tentang makam itu. Makanya dia pasang atap pada makam itu," ujarnya.
Selain dipasang atap untuk melindungi makam, di nisan makam ini juga dipasang kain putih. Dulu, kata dia, banyak warga yang mendatangi makam ini untuk berdoa.
"Yah, banyak orang datang ke makam untuk minta doa sampai dulunya ada yang meletakkan uang di bawah batu. Saya gak tahu gunanya untuk apa. Tapi waktu dulu saya ambil uang setiap orang letak di makam itu," ujarnya sembari tertawa.
Ia mengatakan boleh datang ke makam itu kalau sekadar untuk membaca yasin dan berdoa. "Yah kalau sekedar baca yasin dan berdoa, tidak apalah. Tapi terkadang ada yang datang malam, berdoa, salat di situ. Kan itu bisa menimbulkan sirik," ujarnya.
Dia juga menceritakan berdasarkan pengetahuannya bahwa orang yang dikuburkan di makam ini merupakan penasehat dan guru pada zaman Kerajaan Sultan Iskandar Muda.
"Tapi pada masa Ratu Safiatuddin, Tengku Hamzah Fansuri dipancung. Karena kita kan orang awam, sedangkan dia wali Allah. Jadi apa yang dipegangnya dia katakan ini Allah... ini Allah... Kalau orang salah menilainya takutnya sesat dan banyak yang mengaku menjadi Allah. Makanya Teungku Hamzah Fansuri dipancung," katanya.
Di sisi lain, sesepuh masyarakat Gampong Rima Jeuneu, Peukan Bada, Abdurrahman, mengatakan makam yang memiliki panjang dua blah hah itu merupakan milik Tuan Di Blang Teungku Salah Nama. (Baca : Kisah Tuan Di Blang; Antara mistis dan fakta sejarah).[](bna)